Kediri, jurnalmataraman.com – Keterbatasan fisik tidak menghalangi semangat Mohammad Sugianto, seorang seniman ukir kayu asal Desa Peh Kulon, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri. Pria berusia 44 tahun yang akrab disapa Mohak ini berhasil membuktikan bahwa karya seni dapat lahir dari ketekunan dan dedikasi, meskipun menghadapi tantangan fisik. Kini, karyanya yang memukau telah banyak diminati berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum hingga pejabat tinggi, termasuk menteri.
Mohak memulai perjalanan seni ukir kayunya pada tahun 2008, saat ia mengikuti pelatihan memahat kayu di Solo. Pelatihan tersebut diisi oleh dosen dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dari pelatihan tersebut, Mohak semakin mengasah kemampuannya dan memulai langkahnya di dunia seni ukir kayu.
Meski tidak langsung membuka usaha setelah pelatihan, Mohak memilih untuk berkumpul dengan sesama penyandang difabilitas, berbagi ide dan pengalaman. Selama satu tahun, ia bekerja di sebuah sanggar ukir di Nganjuk. Disana, kemampuannya mulai diperhatikan, dan pemilik sanggar memberikan pujian, menyatakan bahwa Mohak sudah layak untuk membuka usaha ukir sendiri.
Tidak hanya itu, karyanya juga dipesan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, serta Menteri Pariwisata saat ini, Widiyanti Putri. Dengan kualitas yang tinggi, pesanan terus mengalir, membuktikan bahwa karya seni ukir kayu Mohak mendapat apresiasi dari berbagai pihak.

Kini, Mohak telah memiliki usaha ukir kayu yang sukses. Ia menerima berbagai pesanan ukiran, mulai dari ornamen kecil hingga papan nama. Karya-karya yang dihasilkan mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan, termasuk pejabat tinggi. Bahkan, Mantan Bupati Kediri, Haryanti Sutrisno, pernah memesan ukiran untuk rumah dinasnya.
“Untuk waktu pengerjaannya itu bisa mencapai 3 minggu, bahkan lebih, karena kita itu mengerjakannya manual, seperti yang dipesan oleh Menteri Pariwisata, tapi dulu juga pernah dipesan oleh Kementerian Sosial semacam punakawan, saya sudah menggeluti usaha ini kurang lebih 12 tahun, awalnya dulu melewati perjalanan yang sulit lau di kemudian hari kita bersinergi dengan pemerintah daerah kemudian mengadakan pameran,” ujar Muhammad Sugianto, Seniman Ukir.
Dalam menjalankan usaha ukir kayu, Mohak menetapkan harga yang bervariasi, tergantung pada bahan dan motif ukiran. Untuk satu papan nama, harganya mulai dari 1.500.000 rupiah, sedangkan untuk ornamen kecil, harganya dimulai dari 200 ribu rupiah. Proses pengerjaan ukiran membutuhkan waktu sekitar tiga minggu, tergantung tingkat kesulitan dan detail motif yang diminta.
Mohak kini menjadi contoh inspiratif bagi banyak orang, membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarya dan sukses.
Editor : Fikri Fadhlul A.
Ikuti WhatsApp Channel JTV Kediri dan dapatkan informasi terbaru dengan klik link berikut s.id/jtvkediriwa