Kediri, jurnalmataraman.com – Di sebuah gang kecil di Jalan Arjuna, Kelurahan/Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, terdapat sebuah galeri seni minimalis bernama Cungkil Art. Galeri ini sekaligus menjadi rumah bagi Nanang Sigit Purnomo, seorang seniman yang menuangkan kreativitasnya melalui seni cungkil kayu. Berawal dari pemanfaatan limbah kayu, karyanya kini telah dikenal hingga luar kota dan bahkan direncanakan dikirim ke Texas, Amerika Serikat.
Nanang Sigit Purnomo mengawali perjalanannya dalam seni cungkil kayu pada pertengahan tahun 2020, saat pandemi COVID-19 melanda. Ketika banyak orang kehilangan pekerjaan akibat pembatasan aktivitas, ia justru menemukan inspirasi dari limbah kayu yang sering dianggap tidak berguna. Sebagian besar bahan yang digunakannya berasal dari limbah rumah atau potongan kayu jati tua yang ia kumpulkan. Kayu jati tua memiliki aroma khas dan tekstur yang lebih hidup dibandingkan kayu jati baru.

Dalam menciptakan karya, Nanang mengungkapkan bahwa ia menerapkan prinsip spiritualitas yang kuat, terutama saat mengukir wajah tokoh-tokoh besar. Baginya, memahat wajah seseorang bukan hanya soal teknik, tetapi juga tentang rasa dan penghormatan. Mengukir wajah tokoh besar seperti kyai atau figur religius membutuhkan ketelitian dan penghayatan yang mendalam.
“Awal mulanya pada saat masa-masa covid saya itu memanfaatkan barang limbah sisa-sisa bahan rumahan saya manfaatin, barang-barang limbah bukan berarti semua harus dibuang itu salah, semua masih bisa dimanfaatkan,” ujar Nanang Sigit Purnomo.
Karyanya kini banyak dipesan oleh pelanggan dari berbagai kota, seperti Depok, Bekasi, Bojonegoro, Bali, hingga Surabaya. Bahkan, Nanang berencana mengirim sebuah karya terbarunya ke Texas, yaitu ukiran wajah McMoran Jim Bob, pendiri perusahaan tambang terkenal, Freeport.

Meski karyanya memiliki nilai tinggi, Nanang mengaku tidak bisa memasang harga tetap untuk ukiran tokoh tertentu, terutama kyai atau tokoh religius. Setiap karya memiliki nilai spiritual dan emosional yang berbeda, sehingga sulit untuk menentukan harga yang pasti.
Cungkil Art tidak hanya menjadi tempat Nanang berkarya, tetapi juga sebagai wadah untuk menginspirasi masyarakat tentang pemanfaatan limbah kayu menjadi karya seni bernilai tinggi. Dengan dedikasi dan kreativitasnya, Nanang Sigit Purnomo membuktikan bahwa dari sesuatu yang dianggap tidak berguna, dapat tercipta mahakarya yang mendunia.
Editor : Fikri Fadhlul Aziz
Ikuti WhatsApp Channel JTV Kediri dan dapatkan informasi terbaru dengan klik link berikut s.id/jtvkediriwa