Kediri, jurnalmataraman.com – Menjelang Hari Raya Imlek 2025 atau Tahun 2576 Kongzili, warga Klenteng Tjoe Hwie Kiong di Kota Kediri menggelar tradisi tahunan berupa pemandian dan penyucian patung Dewa-Dewi. Patung-patung ini dipindahkan satu per satu dari altar untuk dimandikan sebagai bagian dari ritual keagamaan.
Menurut kepercayaan Tionghoa, pembersihan patung Dewa-Dewi ini menjadi simbol pembersihan diri bagi manusia agar senantiasa membersihkan hati. Selain itu, tradisi ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur.
Patung Dewi Samudra diperkirakan usianya sama dengan klenteng yang berdiri sejak tahun 1817 Masehi dan kini tercatat sebagai cagar budaya. Penyucian patung ini tidak hanya menjaga kebersihan fisik tetapi juga menjadi refleksi spiritual bagi umat.

Ketua Yayasan Tridharma Tjoe Hwie Kiong, Prayitno Sutikno, menjelaskan bahwa dalam ritual kali ini terdapat sekitar 50 patung Dewa-Dewi yang disucikan dari 17 altar. Salah satu patung yang menjadi pusat perhatian adalah patung Makco Tian Shang Sheng Mu atau Tian Shang Sheng Bo, yang dipercaya sebagai patung pertama atau tuan rumah di klenteng tersebut.
“Jadi kita tanggal 24 bulan 12 imlek, kita merayakan sembahyang, menghantarkan dewa dewi naik ke langit, setelah itu kita baru bersih bersih di altar serta di rumpang rumpang dari para dewa dewi, jadi setahun sekali kita bersih bersih klenteng,” ujar Prayitno Sutikno, Ketua Yayasan Tridarma Tjoe Hwie Kiong.
Pada perayaan Imlek tahun ini, Klenteng Tjoe Hwie Kiong mengusung tema Menjaga Keharmonisan dan Kebersamaan. Selain itu, warga Tionghoa di Kediri juga berharap agar tahun ini membawa perbaikan ekonomi dan keberkahan bagi semua.
Ritual penyucian patung Dewa-Dewi ini menjadi bagian dari tradisi yang tidak hanya bermakna religius tetapi juga melestarikan nilai budaya dan kebersamaan di masyarakat.
Editor : Fikri Fadhlul Aziz
Ikuti WhatsApp Channel JTV Kediri dan dapatkan informasi terbaru dengan klik link berikut s.id/jtvkediriwa