Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Ternyata kasus stanting di Tulungagung saat ini masih mencapai 2.300 anak. Mereka tersebar di seluruh Kecamatan di Tulungagung. Untuk menangani persoalan stanting, Pemkab Tulungagung telah menggelontorkan anggaran hingga ratusan miliar, (24/08/2022).
Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo mengatakan, kasus stanting di Tulungagung masuk nomor 4 terbawah se Jawa Timur. Meski angka stanting mengalami penurunan, namun jumlah angka stanting di Tulungagung masih terbilang banyak.
“Tahun sebelumnya, persentase stanting di Tulungagung mencapai 5 persen dari total populasi anak di Tulungagung. Tapi pada tahun ini, angka stanting mengalami penurnan menjadi 4,75 persen,” tuturnya.
Maryoto menjelaskan, berdasarkan data yang ada, angka stanting di Tulungagung saat ini mencapai 2.300 anak dari 48.000 anak yang diukur. Jika dilihat dari sebaranya, hampir semua kecamatan terdapat kasus anak stanting. Namun, saat ini hanya ada 10 lokus yang menjadi penanganan stanting di Tulungagung.
“10 lokus yang menjadi prioritas, merupakan wilayah dengan kasus stanting cukup tinggi,” jelasnya.
Disinggung soal anggaran penangnan stanting di Tulungagung, Maryoto menjelaskan bahwa pada 2022 anggaran stanting mencapai Rp 119,8 Miliar. Anggaran tersebut tersebar di beberapa dinas yang menangani stanting.
“Penanganan stanting itu sangat komplek. Mulai dari layanan posyandu, pemberian gizi, konsultasi rencana kehamilan dan lain sebagainya,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, Kasil Rokhmad menambahkan, penanganan stanting dilakukan pada remaja perempuan mulai dari jenjang pendidikan SMP hingga perempuan yang sudah menikah. Selain calon ibu, penanganan stanting juga diberikan kepada anak hingga usia 5 tahun.
“Pencegahan stanting dilakukan sejak calon ibu duduk di bangku SMP ini bertujuan untuk mencegah pernikahan dini. Karena di Tulungagung sendiri banyak kasus pernikahan dini, yang banyak menyebabkan anak lahir premature. Sehingga dapat menyebabkan kasus stanting,” imbuhnya.
Kasil mengungkapkan, dari ribuan anak yang mengalami stanting di Tulungagung, pada tahun ini hanya ada 11 anak yang lepas stanting. Hal ini disebabkan karena penanganan stanting membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Penanganan stanting itu tidak bisa dalam waktu singkat. Apalagi dalam menangani stanting sebagaian besar merupakan peran ibu dalam mencukupi gizi anak. Meskipun kami sudah memberikan asupan gizi tetapi tidak dipantau oleh orang tua, itu juga sulit,” pungkasnya. (ham/mj).