Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Petugas gabungan berhasil mengamankan kelompok topeng monyet di Tulungagung, (7/2). Tiap hari melalui pertunjukan topeng monyet, kelompok tersebut bisa mendapatkan penghasilan mencapai Rp 250 Ribu.
Diketahui bahwa pertunjukan topeng monyet secara tegas sudah dilarang oleh Pemkab Tulungagung. Selain itu pertunjukan topeng monyet sudah merenggut kesejahteraan dan kebebasan hewan untuk hidup di alam liar.
Berdasarkan patuan Jurnalmataraman.com, sekitar 11.00 WIB petugas gabungan yang terdiri dari Polres Tulungagung, Satpol PP Tulungagung, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tulungagung serta Lembaga Edukasi Cinta Satwa dan Konservasi Tulungagung melakukan penindakan terhadap pertunjukan topeng monyet di simpang empat Masjid Al Muslimun. Dari penindakan tersebut, petugas gabungan berhasil mengamankan tiga orang, satu monyet ekor panjang serta perlengkapan atraksi topeng monyet.
Kabid Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, Satpol PP Tulungagung, Yulius Rahma Isworo mengatakan, penindakan kali ini didasarkan pada aduan masyarakat yang beberapa kali masuk kepada pihaknya. Dari situlah pihaknya melakukan penindakan terhadap pertunjukan topeng monyet di tempat umum.
“Kali ini kami berhasil mengamankan satu grup pertunjukan topeng monyet di simpang empat Masjid Al Muslimun. Mereka berasal dari Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat,” tuturnya.
Pada dasarnya mereka bisa dikenakan dengan UU dan Perda. Namun dalam penindakan pada kali ini, pihaknya mengenakan dengan Perda Nomor 7 tahun 2012 tentang pelanggaran keteriban dan ketentraman umum.
“Jadi kalau kami menindak aktivitas pengemisan di tempat umum. Mereka akan dikenakan sanksi peringatan untuk tidak melakukan kembali kegiatan tersebut. Sedangkan untuk monyetnya kami serahkan kepada Dinas Peternakan yang nantinya diserahkan kepada BKSDA,” paparnya.
Yulius menjelaskan, terkait apakah monyet tersebut mendapatkan penyiksaan, bisa ditanyakan kepada dokter yang memeriksa.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, monyet ekor panjang itu berusia 2 tahun dengan berat badan antara 1 – 1,5 kilogran dengan jenis kelamin betina. Memang secara fisik tubuh monyet tersebut kurus, namun tidak ditemukan tanda-tanda penyiksaan. Biasanya penyiksaan terjadi ketika proses pelatihan monyet dilakukan.
Ketua Lembaga Edukasi Cinta Satwa dan Konservasi Tulungagung, Yoga Hermawan manambahkan, berdasrkan pemantauan yang dilakukan pada tiap tahunya, di Tulungagung kelompok pertunjukan topeng monyet tercatat ada empat kelompok. Namun pada tiap tahunya selalu berganti kelompok.
“Memang rata-rata kelompok pertunjukan topeng monyet berasal dari luar Tulungagung. Mungkin di daerah asal mereka sudah dilarang pertunjukan topeng monyet. Sebelum 2018 kami sudah menemukan pertunjukan topeng monyet di Tulungagung,” tambahnya.
Adanya penindakan terhadap pertunjukan topeng monyet, menunjukan bahwa Tulungagung sudah bergerak untuk menerapkan larangan pertunjukan topeng monyet.
Yoga mengungkapkan, jika melihat kondisi monyet dari perilakuknya menunjukan kondisinya tengah stres. Meskipun, kelihantanya monyet tersebut sudah jinak, namun sifat liar dari monyet pasti ada, karena itu merupakan sifat hewan liar. Selain itu, karena monyet bukan hewan yang dilindungi, makanya dengan operasi ini dan edukasi yang pihaknya lakukan lebih mengarah pada kesejahteraan satwa liar.
“Monyet sebagai satwa liar memang tidak sepantasnya diberlakukan semacam itu. Apalagi monyet sendiri merupakan satwa khas Tulungagung. Sangat tidak layak ketika Tulungagung membiarkan monyet mendapatkan siksaan dan direnggut kesejahteraanya melalui pertunjukan topeng monyet,” ujarnya.
Memang tidak semua masyarakat di Tulungagung mengetahui kalau pertunjukan topeng monyet dilarang. Berdasarkan catatan yang ada, adanya pertunjukan topeng monyet dapat mengganggu psikologis anak. Melalui topeng monyet menjadikan anak terbiasa dipertontonkan penyiksaan pada satwa.
“Banyak orang yang masih menganggap topeng monyet itu lucu. Padahal dalam proses pelatihannya, monyet seringkali mendapatkan penyiksaan. Dan apa yang dipertontonkanya bukanlah sifat asli dari monyet,” terangnya.
Sementara itu, salah seorang pelaku topeng monyet, Agus Roni (42) menjelaskan bahwa pertunjukan topeng monyet yang dilakukan oleh kelompoknya masih berjalan sejak awal Februari 2022. Biasanya pertunjukan topeng monyet mereka lakukan di perempatan pada pagi hingga siang hari. Setelah itu, berkeliling ke kampung-kampung pada sore hari.
“Rata-rata penghasilan dari topeng monyet per harinya bisa mendapatkan Rp 250 Ribu,” ujarnya.
Roni mengaku bahwa monyet yang dibawa berasal dari Kabupaten Cirebon. Mereka mengambil monyet yang sudah mendapatkan pelatihan di daerah Cimaras. Artinya mereka tidak melakukan pelatihan monyet, tapi mereka menyewa monyet yang sudah mendapatkan pelatihan.
“Jadi ada orang yang melatih monyet untuk bisa melakukan pertunjukan topeng monyet. Harga sewa tiap harinya mencapai Rp 25 Ribu,” pungkasnya. (mj/ham)