
Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Cuaca ekstrim tak menentu membuat nelayan di Teluk Popoh Tulungagung, memilih untuk tidak melaut. Pasalnya, ombak yang besar membuat nelayan ragu untuk mencari ikan ditengah laut. Kondisi ini sudah terjadi sejak satu bulan terakhir, (28/10/2022).
“Sudah hampir satu bulan terakhir, cuaca di laut selatan tidak menentu. Ketika pagi dan sore hari, terjadi ombak besar. Sedangkan untuk siang hari ombak terbilang landai. Tetapi karena cuaca sering berubah dan tidak bisa ditebak, maka banyak nelayan yang ragu untuk melaut,” ujar Ketua Nelayan Teluk Popoh, Sadat.
Ketika terjadi hujan lebat, nelayan yang sudah terlanjur melaut kesulitan untuk mengarahkan kapal mereka. Pasalnya, jarak pandang sangat terbatas, dan sulit untuk menentukan arah. Hal ini membuat banyak nelayan mengurungkan untuk melaut.
“Kami lebih baik tidak melaut untuk sementara waktu, karena ini menyangkut dengan keselamatan para nelayan,” tuturnya.
Pria berpawakan tegap itu mengungkapkan, selain faktor cuaca, nelayan Teluk Popoh juga dihadapkan dengan sulitnya menangkap ikan akibat kerusakan lingkungan. Bagaimana tidak, banyak terumbu karang di kawasan Teluk Popoh yang rusak dan tertimbun tanah dari aliran banjir Terowongan Niyama.
“Memang banyak terumbu karang yang sudah rusak akibat ulah manusia sendiri. Selain itu, setiap terjadi banjir, pasti debit air dari Terowongan Niyama tinggi disertai tanah lumpur, yang diduga mengalir ke laut. Hal ini membuat terumbu karang tertutup endapan lumpur,” paparnya.
Menurut Sadat, dengan kondisi seperti itu, nelayan harus pergi melaut dengan jarak yang cukup jauh. Jika dulu masih banyak terumbu karang, banyak ikan yang bisa ditangkap di pinggiran Teluk Popoh. Tapi saat ini nelayan harus mencari ikan hingga puluhan mil.
“Biasanya jika nelayan kapal kecil hanya bisa mencari ikan di jarak 10 Mil. Dan ikan disana juga sedikit. Sedangkan untuk kapal besar bisa mencari ikan hingga 30 Mil,” terangnya.
Akibat banyak nelayan yang tidak melaut, tentu berdampak pada harga ikan. Dimana saat ini harga ikan mengalami kenaikan, mencapai Rp 17 – 18 Ribu per Kilogram dari nelayan.