Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Sebanyak 31 CV dipilih untuk mengerjakan pengadaan barang dalam program bantuan siswa miskin (BSM) di Tulungagung, tanpa melalui screening. Padahal anggaran dalam program BSM mencapai Rp 18 Miliar. Bahkan diduga ada CV yang fiktif.
Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dispendikpora) Kabupaten Tulungagung, Syaifudin Juhri,mengatakan, pemilihan puluhan CV dalam pengadaan barang program BSM ini melalui getok tular, dan memang tidak diberitahukan secara umum. Pihaknya hanya menerima profile company setiap CV yang mendaftar dan memang tidak dilakukan screening.
“Jadi dulu ketika pendaftaran, CV menyerahkan profile company kepada kami. Dan itu langsung diterima, tanpa ada seleksi. Karena kami diburu oleh waktu,” tuturnya.
Udin –sapaan akrabnya mengatakan, tercatat ada 31 CV yang terlibat dalam pengadaan barang dalam program BSM di Tulungagung. Sedangkan anggaran dalam program BSM mencapai Rp 18 Miliar, untuk pengadaan barang sebanyak 19 item.
“Dulu ketika kami mengumpulkan 31 CV itu, hampir semua menyanggupi untuk mengadakan 19 item. Akhirnya, untuk meratakan, setiap CV hanya membuat 3 item saja,” tuturnya.
Disinggung, kenapa tidak menggunakan sistem tender, Udin menjelaskan, bahwa sistem pemilihan CV yang dilakukan pada tahun ini, merupakan hasil evaluasi dari tahun sebelumnya. Pada 2017 program BSM diserahkan langsung pada masing-masing sekolah untuk membelanjakan barang sekolah siswa kelas 1 SD dan 7 SMP. Namun dalam realisasinya mendapatkan kritik dari beberapa pihak. Pada 2018, program BSM dilakukan dengan sistem lelang tanpa uji lab. Hasilnya banyak barang seperti seragam sekolah yang kualitasnya dibawah standar. Sedangkan pada 2019, program BSM dilakukan lelang dengan melakukan ujib lab, dan hasilnya sama, yakni banyak item yang kualitasnya tidak sesuai dengan ketentuan.
“Akhirnya pada 2020 dengan realiasi 2021 program BSM menggunakan sistem ketat, dan hasilnya masih sama yakni masalah kualitas. Selain itu, ada kritik bahwa pemenang lelang kebanyakan dari luar kota, padahal banyak konveksi yang berkompeten di Tulunaggung. Akhirnya tahun ini, kami menggunakan sitsem pendafataran langsung, seperti saat ini,” paparnya.
Diduga dari 31 CV terdapat CV yang tidak terdafatar serta keberadaan kantor yang fiktif, Udin mengungkapkan bahwa temuan ini tentu akan menjadi bahan evaluasi pada tahun depan.
“Sedangkan untuk memutuskan kontrak kepada CV yang bersangkutan tidak bisa. Dikarenakan program BSM terlanjur berjalan,” terangnya.
Udin menjelaskan bahwa tahun ini ada sekitar 85 ribu siswa miskin yang mendapatkan program BSM. Jika dulu BSM diberikan kepada siswa baru yakni kelas 1 SD dan SMP, sekarang BSM diberikan kepada siswa miskin. Maka dari itu, diperkirakan tiap tahunya jumlah penerima BSM akan meningkat. (mj/ham)