Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Jelang pekan olahraga provinsi (porprov) Jawa Timur yang digelar pada Juni 2022, atlet paralayang di Tulungagung mulai gelar latihan intensif. Dalam perlombaan tersebut, para atlet paralayang Tulungagung optimis bisa mempertahankan prestasinya dengan target medali perak.
Minggu kemarin (17/4), tampak beberapa atlet paralayang melakukan latihan di Bukit Midodaren, Desa/Kecamatan Besuki serta landing di Pantai Bayem, Desa Keboiring, Kecamatan Besuki. Mereka terbang dari bukit yang memiliki tinggi sekitar 300 meter.
Ketua Cabang Olahraga Paralayang Tulungagung, Ali Mashuri mengatakan, faktor alam atau cuaca sangat memengaruhi olahraga paralayang. Bahkan tidak hanya saat latihan saja, ketika kejuaraan juga sering terjadi angin kencang yang membuat waswas pelatih dan atlet. Karena yang utama itu keselamatan atlet.
“Kondisi angin, seperti arah dan tingkat kencangnya, memang menjadi faktor pendukung utama dalam olahraga ini. Bahkan, kondisi angin bisa berubah-ubah dalam sehar. Jika terbang dalam kondisi angin kencang, bisa membuat atlet cedera,” tuturnya.
Ali menjelaskan, latihan hari ini (kemarin, Red) untuk mempersiapkan porprov yang digelar pada Juni nanti. Venue porprov paralayang nanti di Lumajang. Setidaknya sudah satu mimggu ini pihaknya menyelenggarakan latihan secara intensif bagi atlet paralayang Tulungagung. Sedangkan dari Tulungagung akan memberangkatkan empat atlet paralayang yang telah berpengalaman.
Para atlet akan menjalani sesi latihan setiap hari Minggu di Bukit Midodaren dan Pantai Bayem. Tempat itu memang mendukung untuk dibuat latihan paralayang. Namun, tempat itu masih kurang memadai karena rute menuju bukit masih dipenuhi rerumputan. Selain itu, tempat untuk mendarat masih deburan pasir.
“Saya berpikir paralayang di Tulungagung belum bisa berkembang. Mungkin karena dikenal dengan olahraga yang ekstrem dan mahal juga. Satu set parasut yang kami miliki harganya mencapai Rp 60 juta, namun ada masa pemakaiannya hingga membuat porositas,” ungkapnya.
Hal itu yang memberatkan, harga parasut tinggi namun tidak bisa awet, tidak seperti olahraga lain. Beruntung, mereka mendapatkan satu set parasut dari Pemerintah Desa Besuki yang mendukung olahraga ini.
Disinggung terkait target perolehan medali, Ali mengatakan bahwa persaiangan perlombaan paralayang cukup ketat. Maka dari itu, pada porprov mendatang pihaknya akan berusaha mempertahankan prestasi atlet paralayang Tulungagung.
“Target kami mendapatkan medali perak. Sehingga kami bisa mempertahkan perolehan medali yang sama pada 2019 silam,” terangnya.
Sementara itu, salah satu atlet bernama Fatkur Rifat mengaku antusias dalam latihannya kemarin. Dia paling senior di antara atlet-atlet lain, karena puluhan kompetisi paralayang telah dia ikuti sejak 2019. Karena itu saat latihan kemarin, dia memberi kesempatan lebih kepada juniornya untuk menambah jam terbang.
“Hari ini (kemarin, Red) Tito dan Akbar empat kali terbang, Choirul dua kali, dan saya satu kali terbang. Syukurnya kami terbang sejak pagi hingga siang, saat kondisi anginnya masih cukup bagus,” ujarnya.
Meskipun dalam kondisi puasa, tidak menghalangi semangatnya untuk melakukan latihan paralayang. Bahkan, Arif dan teman-temannya masih kuat berpuasa hingga beduk Magrib berkumandang. Dia berharap latihannya ini dapat menjadi modal untuk dapat meraih medali di porprov mendatang. (mj/ham)