Blitar, jurnalmataraman.com – Merebaknya kembali wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di sejumlah wilayah berdampak signifikan pada aktivitas jual beli ternak di Pasar Hewan Dimoro. Para pedagang mengeluhkan penurunan jumlah sapi yang diperjualbelikan.
Dalam kondisi normal, jumlah sapi yang masuk ke pasar ini bisa mencapai 600 ekor per hari. Namun, kini angka tersebut merosot tajam hanya menjadi 100 hingga 200 ekor. Hal ini memengaruhi pendapatan para pedagang ternak yang semakin tertekan.
Ketua Komisi II, Yohan Tri Waluyo, menyatakan perlunya pemeriksaan ketat terhadap lalu lintas ternak sebagai upaya pencegahan. untuk mengambil langkah tegas, termasuk melakukan pengadaan vaksin secara mandiri apabila kasus terus meningkat.
“Kalau dulu setiap pasaran legi dan pon kurang lebih ada 500 sampai 600 pedagang yang bisa, tetapi ketika wabah PMK di akhir tahun 2024 mulai merebak para pedagang sapi ini mengalami penurunan hanya sepertiga dari sebelum wabah,” ungkap Yohan Tri Waluyo, Ketua Komisi Il Kota Blitar.
Dewi Masitoh Kepala DKPP Kota Blitar menambahkan upaya pengendalian wabah di Kota Blitar terkendala karena hingga saat ini pelaksanaan vaksinasi PMK belum dapat dilakukan. Kami belum menerima vaksin PMK dari pemerintah pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Progres kita untuk PMK ini laporan sudah kami laporkan ke ISIKHNAS ada 24 yang terkena PMK, hasil dari pemantauan teman-teman dipasar tadi tidak ditemukan PMK,” ujar Dewi Masitoh, Kepala DKPP Kota Blitar.
Berbagai langkah pencegahan ini diharapkan dapat meminimalkan dampak ekonomi yang dirasakan peternak dan pedagang ternak akibat merebaknya kembali wabah PMK.
Editor : Fikri Fadhlul
Ikuti WhatsApp Channel JTV Kediri dan dapatkan informasi terbaru dengan klik link berikut s.id/jtvkediriwa