Tulungagung, jurnalmataraman.com, Berawal dari iseng karena pekerjaan sepi akibat pandemi covid-19 akhir tahun 2019 lalu, Ketut Iwanggono, Warga Desa Bungur, Kecamatan Karangrejo, Tulungagung, mencoba berkreasi dengan membuat jam tangan berbahan limbah kayu sonokeling.
Dikerjakan bersama kakaknya, Ketut yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bubut besi dan kayu ini tidak mengalami kesulitan, untuk membentuk potongan-potongan kayu yang kemudian dirangkai menjadi jam tangan. Menurut Ketut, hal yang paling sulit justru proses memasang onderdil jam tangan yang ukurannya kecil sehingga butuh ketelitian dan ketelatenan.
Ketut yang membuat jam tangan kayu berdasarkan pesanan tersebut, dalam satu bulan rata-rata mampu menyelesaikan pesanan 10 hingga 15 buah jam tangan kayu. Dipilihnya kayu sonokeling sebagai bahan jam tangan kayu karena kayu jenis tersebut dinilai cukup kuat dan bagus coraknya.
Dipasarkan melalui lokapasar atau marketplace dan akun media sosial pribadinya, saat ini pelanggan jam tangan kayu buatan Ketut tidak hanya dari lokal Tulungagung saja, tetapi juga merambah hingga luar kota. Ketut mengaku saat ini dia memiliki pelanggan tetap dari Bogor, Jawa Barat.
“Dulu pernah ikut pameran di Luar Negri tapi tidak berlanjut karena mungkin dari pihaK-pihak pemerintah kurang serius mungkin,” ungkapnya.
Satu buah jam tangan kayu buatan Ketut dibanderol mulai dari harga 75 ribu rupiah untuk jam kayu tanpa strap atau gelang. Sedangkan untuk jam tangan lengkap dihargai antara 85 ribu rupiah dengan strap tali rajut, hingga 250 ribu rupiah untuk jam tangan full kayu dengan mesin jam digital. (bon/ans)