Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Bermula tidak memiliki lahan untuk berjualan, Yasfitama (22) pemuda asal Desa Pagersari Kecamatan Kalidawir, Tulungagung membuat sebuah warung kopi keliling dengan motor modifikasinya.
Motor yang digunakan untuk berjualan sudah dimodifikasi dan terdapat mini bar yang bisa menampung kompor, dan bahan jualannya.
Yasfitama mengatakan, sebelum berjualan kopi diatas Motor Grand nya, pihaknya memang suka dengan ranah masak memasak, bahkan sebelumnya pihaknya pernah mengikuti Workshop tentang membuat martabak.
“Jadi memang dulu tahun 2020 ikut Workshop martabak di Sragen Jawa Tengah,” tuturnya.
Yasfi melanjutkan, dari Workshop tersebut pihaknya sempat berjualan selama kurun lebih hampir 2 tahun, terhitung terakhir berjualan Bulan Agustus 2021 lalu.
Namun lantaran peminat dan harga jual yang kurang pas, pihaknya harus memutar otak agar bisa tetap berjualan, maka dari itu pihaknya memutuskan untuk berjualan kopi dan beraneka ragam minuman lainnya di motor miliknya.
“Pertama kali jualan di motor pada bulan Desember tahun 2022. Karena saya sendiri juga belum memiliki lahan untuk membuat sebuah warung,” jelasnya.
Awal mulanya berjualan pihaknya meneruskan temannya yang sudah lebih dahulu berjualan di lokasi tersebut, lantaran suatu hal temannya belum bisa meneruskan berjualan.
“Jadi awal mulanya ada teman yang berjualan di lokasi tengah sawah dengan view senja Gunung Budek tersebut, namun lantaran temannya juga punya warung dan karyawannya memutuskan untuk berhenti bekerja, maka temannya yang berjualan dan lokasi tersebut kini pihaknya yang menempati, ” ujarnya.
Yasfi mengungkapkan bahwa pihaknya berangkat sekitar pukul 14.00 WIB dan untuk pulangnya sendiri juga tidak terlalu malam, maksimal jam 19.00 WIB.
“Memang konsepnya menikmati kopi sembari melihat senja dengan bakground Gunung Budek, lantaran malam hari minim penerangan maka pukul 19.00 WIB, pihaknya harus pulang,” ungkapnya.
Disinggung siapa saja yang datang ke lokasi tersebut, Yasfi menjelaskan, untuk penikmat kopi senja sendiri random mulai masyarakat lokal, dan ada juga yang dari luar kota.
“Dulu ada yang sampai luar kota, seperti Kediri dan Sragen,” katanya
Masih menurut Yasfi, untuk jumlah pengunjung sendiri kini mulai ramai, mulai 20 sampai 50 orang, lantaran terkendala air yang dibawa, pihaknya harus pergi ke luar untuk membeli air di toko terdekat.
Meski demikian, pihaknya juga selalu mencari informasi cuaca, kalau hujan pihaknya juga tidak berjualan.
“Kendalanya hujan, kalau hujan otomatis tidak berjualan,” Ungkapnya.
Yasfi menambahkan, tak hanya di Tulungagung saja, pihaknya juga pernah berjualan kopi motoran hingga ke luar wilayah yakni di wilayah Jawa Tengah
“Harapan saya, dengan merintis usaha kopi motor ini, kedepan bisa membuat warung sendiri,” pungkasnya.