Tulungagung, jurnalmataraman.com – Dalam rangka memperingati Hari Jadi ke – 819 Kabupaten Tulungagung, digelar acara unik bertajuk Aksi Seribu Batik Ciprat yang melibatkan ratusan pelajar dari SMP Negeri 1 Kedungwaru. Acara ini tidak hanya meriah, tetapi juga memperlihatkan kreativitas luar biasa dari para siswa yang berkesempatan membuat batik dengan teknik ciprat.
Para peserta diberikan kain putih dan cat tekstil berwarna-warni untuk kemudian menciptakan desain batik mereka sendiri. Dalam kegiatan ini, tidak ada pola baku yang harus diikuti. Setiap siswa diberi kebebasan untuk mengimajinasikan pola dan warna yang mereka inginkan. Para siswa tampak sangat antusias dengan semangat tinggi mewarnai kain yang ada di depan mereka, menciptakan karya seni yang penuh warna dan imajinasi.
Meskipun tidak ada desain tetap, para peserta harus memperhatikan keseimbangan warna agar hasilnya terlihat menarik. Teknik batik ciprat memang memberi kebebasan berekspresi, namun tetap memerlukan ketelitian dalam memadu padankan warna agar batik yang dihasilkan bisa tetap harmonis.
Heru Suseno, PJ Bupati Tulungagung, yang hadir dalam acara tersebut menjelaskan bahwa Aksi Seribu Batik Ciprat ini merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang mengutamakan kebebasan berkreasi bagi para siswa. Menurutnya, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk mengenalkan seni batik kepada generasi muda sekaligus melestarikan warisan budaya khas Indonesia.
“Ada 1.000 siswa yang melakukan Aksi Seribu Batik Ciprat yang berikutnya ini bagian kita memperingati hari jadi batik ciprat Tulungagung yang ke – 819 kemudian pentingnya anak – anak dikenalkan batik tentunya secara keseluruhan batik itu menjadi bagian dari kehidupan kita sehari – hari,” ujar Heru.
Salah satu peserta Aka, mengungkapkan bahwa ia sudah mempersiapkan pola cipratannya dua hari sebelum acara dimulai. Menggunakan cairan malam, menurutnya membuat pola-pola yang kemudian diberi warna – warni yang cerah. Setelah pewarnaan selesai, kain batik ciprat tersebut harus melalui proses water glass dua kali untuk memastikan warna tidak luntur.
“Proses pembuatan batik ciprat ini memperlukan waktu 2 hari dengan menggunakan malam setelah itu dikeringkan dan diberi warna setelah itu di waterglass kalau 2 kali waterglass itu 2 kali pewarnaan juga,” ungkap Aka.
Setelah seluruh proses selesai, kain batik ciprat yang telah jadi akan diproses lebih lanjut untuk dijadikan kain batik siap jahit yang diharapkan bisa menjadi hasil karya yang membanggakan.
Selain menjadi ajang bagi para pelajar untuk berkreasi, acara ini juga bertujuan untuk mengenalkan budaya batik kepada generasi muda dan memberikan ruang bagi mereka untuk lebih menghargai serta melestarikan seni batik tradisional Indonesia. Dengan kegiatan seperti ini diharapkan minat terhadap batik semakin tinggi di kalangan pelajar serta memberi kontribusi positif bagi perkembangan seni dan budaya lokal.
Acara Aksi Seribu Batik Ciprat ini juga menjadi momen penting bagi Kabupaten Tulungagung untuk merayakan hari jadi dengan cara yang kreatif dan mendalam, sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya pelajar, tentang pentingnya melestarikan budaya bangsa.
Penulis : Agus Bondan
Editor : Rindi Dwi
Ikuti WhatsApp Channel JTV Kediri dan dapatkan informasi terbaru dengan klik link berikut s.id/jtvkediriwa