Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Tercatat ratusan hekatare sawah di Tulungagung terkena banjir akibat hujan dan sistem drainase yang tidak berfungsi optimal. Salah satu wilayah yang terdampak banjir parah berada di Kecamatan Kalidawir.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Tulungagung, Gatot Rahayu mengatakan, memamg dalam beberapa minggu terakhir intensitas hujan terjadi cukup tinggi. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan, saat ini setidaknya ada 219 hektar lahan padi yang terdampak banjir.
“Ratusan hektare lahan tanaman padi itu tersebar di enam kecamatan. Yakni Kecamatan Ngunut, Sumbergempol, Kalidawir, Tulungagung, Gondang dan Boyolangu,” tuturnya.
Dari enam kecamatan, dampak bajir yang terparah berada di lima desa Kecamatan Kalidawir. Luasan lahan padi yang tergenang banjir mencapai 141 hektare. Rata-rata tanaman padi yang terdampak banjir berusia 15 hingga 45 hari.
Gatot menjelaskan, selain lahan padi, banjir juga menggenai lahan tanaman hortikultura yakni tanaman melon dan bawang merah. Untuk luasan banjir di tanaman melon mencapai satu hektare di Kecamatan Kalidawir. Sedangkan, untuk tanaman bawang merah seluas 2,25 hekatare tergenang banjir yang berada di Kecamatan Kalidawir dan Sumbergempol.
“Jadi untuk lahan tanaman hortikultura yang terdampak banjir seluas 3,25 hektare,” jelasnya.
Menurutnya, tidak hanya disebabkan curah hujan yang tinggi. Terjadinya banjir di area persawahan juga disebabkan sistem drainase yang tidak berfungsi optimal. Pasalnya, drainase yang ada di area persawahan tidak mampu menampung debit air, sehingga membuat air membludak dan membanjiri lahan persawahan.
“Seperti kasus di Kecamatan Rejotangan, karena tidak kuat menahan air, menyebabkan drainase jebol,” ujarnya.
Disinggung, apakah ratusan hektare tanaman yang terdampak banjir akan puso, Gatot mengungkapkan bahwa karena tanaman yang terdampak banjir masih masuk awal tanam, masih dimungkinkan tanaman tersebut bertahan jika air yang membanjiri jernih. Sedangkan jika air yang membanjiri bercampur lumpur, tanaman hanya bisa bertahan selama tiga hari.
“Kalaupu nanti tanaman yang terdampak banjir puso, petani bisa melakukan klaim asuransi dengan nominal Rp 6 Juta tiap hektarenya. Tapi bagi petani yang tidak memiliki ansuransi, kami akan usulkan mendapatkan bantuan benih padi,” pungkasnya. (mj/ham)