BLITAR, Jurnalmataraman.com – Sejumlah petani dan masyarakat setempat menggelar aksi protes terhadap kegiatan tambang pasir yang beroperasi di daerah mereka. Dalam aksi tersebut, mereka mengungkapkan kekecewaannya terhadap dampak yang ditimbulkan oleh operasi alat berat yang dianggap merusak lingkungan. Para petani menilai aktivitas tambang ini telah menyebabkan longsor dan membuat air sungai menjadi keruh, yang pada akhirnya mengganggu irigasi pertanian serta pasokan air bersih bagi warga setempat.
Koordinator Lapangan Aksi, Armuji, mengatakan bahwa mereka merasa geram dengan kondisi tersebut.
“Operasi tambang ini telah merusak ekosistem dan menyebabkan kerusakan yang sangat besar bagi kami sebagai petani. Irigasi yang biasa kami andalkan jadi terganggu, dan pasokan air bersih untuk warga juga menjadi terancam. Kami tidak bisa tinggal diam,” ujar Armuji.
Aksi sempat memanas ketika pertemuan antara petani, masyarakat, dan pengelola tambang yang dilakukan untuk mencari solusi tidak membuahkan hasil. Mediasi yang melibatkan pihak pengelola tambang, CV Barokah 94, dan perwakilan petani, tidak berhasil menemukan titik terang mengenai penutupan tambang pasir tersebut. Meskipun tambang yang dikelola oleh CV Barokah 94 ini legal, banyak masyarakat menilai dampak negatifnya sangat merugikan.
Aditya, pengelola tambang pasir dari CV Barokah 94, menjelaskan bahwa mereka telah mematuhi segala peraturan yang ada.
“Tambang ini sudah memiliki izin yang sah dan kami berusaha untuk menjalankan operasional dengan memperhatikan aspek lingkungan. Kami juga terbuka untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut terkait keberlanjutan kegiatan ini,” kata Aditya.
Namun, bagi petani dan masyarakat, penjelasan tersebut tidak cukup untuk menenangkan keresahan yang ada. Mereka menuntut agar tambang pasir tersebut ditutup secara permanen dan alat berat yang beroperasi segera dipindahkan.
“Kami berharap pemerintah segera turun tangan untuk menghentikan operasi tambang ini. Kalau dibiarkan terus, kerugian yang kami alami akan semakin besar,” tambah Armuji.
Petani dan masyarakat setempat berharap bahwa masalah ini dapat segera diselesaikan dengan adil, sehingga lingkungan dan kehidupan mereka dapat kembali berjalan normal tanpa gangguan dari aktivitas tambang yang merusak. Mereka juga meminta agar pihak berwenang segera melakukan tindakan tegas terhadap keberlanjutan operasional tambang yang dianggap merugikan banyak pihak.
(editor : Trias M.A)