Blitar, jurnalmataraman.com – Puluhan sangkar burung berisi kenari import hasil penangkaran yuliono nampak tergantung di dapur rumahnya. Saat ini, peternakan miliknya mampu menghasilkan 40 ekor sampai 50 ekor dalam kurun waktu satu setengah bulan.
Harga jual burung kenari hasil ternak milik yuliono bisa mencapai Rp. 200.000 sampai Rp. 2 juta per ekor. Omset Yuliono dari hasil ternak burung kenari rata-rata Rp. 8 juta sampai Rp. 15 juta tiap 40 hari.
Sebelumnya Yuliono sempat bekerja di percetakaan dan pada pertengahan 2010, ayah dua anak tersebut memutuskan untuk resign dan menekuni usaha beternak burung. Pada awalnya, Yuliono memilih beternak burung murai dan burung kenari dipilihnya sebagai sampingan modal membeli pakan burung murai.
Namun ternak burung kenari miliknya justru berkembang dan ternak burung murai miliknya mengalami gagal total akibat mati.
Berawal dari dua ekor kenari betina dan satu Jantan, Yuliono malah merasakan hasil ternak kenarinya sangat menjanjikan. Meski begitu, harga kenari sempat anjlok pada 2015 hingga 2018 yang hanya dihargai 10 ribu rupiah per ekor.
Harga burung kenari mulai naik saat pandemi covid-19, harga serta permintaan mengalami kenaikan yang signifikan. BPKB sepeda motor miliknya sempat dijadikan sebagai jaminan peminjaman uang di bank untuk mendatangkan indukan kenari dari beberapa negara seperti turki, portugal dan, italia.
“Dulu awal mula ternak itu mulai tahun 2010 pertengahan, terus mulai berkembang awal 2011 sampek sekarang ini. Awalnya dulu murai, kenari buat sampingan, hasilnya buat beli sumplai makanan murai” ujar Yuliono.
Dari indukan sebanyak enam ekor jantan dan lima ekor betina burung kenari import sekarang Yuliono sudah memiliki hampir 50 ekor indukan burung kenari. Dari jumlah tersebut, sekarang sekitar 30 ekor kenari miliknya sudah aktif bereproduksi. (asf/ul).