Nganjuk, jurnalmataraman.com – Makam Kanjeng Raden Tumenggung Sosrokusomo, yang lebih dikenal dengan sebutan Kanjeng Jimat, terletak di Desa Kacangan, Kecamatan Brebek, Kabupaten Nganjuk. Makam ini menjadi salah satu destinasi spiritual penting bagi umat Islam, tidak hanya dari wilayah Nganjuk, tetapi juga dari luar kota. Letaknya yang sekitar 9 kilometer dari pusat Kota Nganjuk menjadikannya mudah diakses oleh peziarah yang ingin mengunjungi pusara ulama besar ini.
Saat memasuki kawasan makam, pengunjung akan disambut dengan dua patung macan putih yang menjadi simbol hewan peliharaan Kanjeng Jimat saat menyebarkan agama Islam. Pintu masuk makam yang hanya sekitar 2 meter tingginya juga memiliki pesan moral yang mendalam, yakni mengajarkan kita untuk menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan saat memasuki makam para ulama.
Makam Kanjeng Jimat sendiri dibalut dengan kain warna biru bergaris kuning keemasan. Di salah satu sisi pusara, terdapat tiga payung susun tiga berwarna kuning keemasan, yang melambangkan keagungan dan kedudukan beliau. Di sisi timur makam, terdapat tulisan dalam aksara Jawa dan Arab yang berisi pesan-pesan kebaikan yang ditulis oleh Kanjeng Jimat, menambah kesan spiritual yang kental di sekitar makam ini.

Selain dikenal sebagai ulama besar, Kanjeng Jimat juga merupakan Bupati Nganjuk pertama yang menjabat sekitar tahun 1745. Di sisi barat makam Kanjeng Jimat, terdapat makam Raden Tumenggung Sosrodirjo, adik Kanjeng Jimat, yang menjabat sebagai Bupati Nganjuk pada tahun 1760. Sedangkan di sisi timur makam, terdapat makam Raden Tumenggung Sosrokusomo II, putra Kanjeng Jimat yang juga menjabat sebagai Bupati Nganjuk ketiga pada tahun 1831 hingga 1852.
Di sekitar makam, terdapat beberapa peninggalan sejarah yang menunjukkan jejak-jejak perjalanan hidup Kanjeng Jimat. Salah satunya adalah gentong kuno yang berisi air dari sumur peninggalan beliau, yang konon tak pernah surut meskipun pada musim kemarau panjang. Air dari gentong ini sering diperebutkan oleh para peziarah, yang meyakini bahwa air tersebut membawa berkah dari ulama besar ini.

Sutrisno, juru kunci makam Kanjeng Jimat, mengungkapkan bahwa syiar agama Islam yang dilakukan oleh Kanjeng Jimat bermula pada masa runtuhnya Kerajaan Majapahit akibat serangan Kerajaan Demak.
“Banyak pengikut agama Hindu yang mengungsi hingga ke daerah Nganjuk. Kanjeng Jimat, dengan ketulusan hati, mengajarkan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dengan memadukan pendekatan budaya Hindu-Buddha. Hal ini berhasil menarik banyak penganut agama Hindu-Buddha untuk memeluk agama Islam.” Ungkap Sutrisno
Pada tahun 1745, Kanjeng Jimat mendirikan sebuah masjid bernama Masjid Al Mubarak di Kecamatan Brebek, Nganjuk, dengan ornamen Hindu-Buddha, yang menjadi simbol penggabungan dua budaya ini dalam syiar Islam.
Hingga kini, makam Kanjeng Jimat selalu menjadi tujuan utama para peziarah, baik dari dalam Nganjuk maupun luar kota. Kehadiran makam ini sebagai situs sejarah dan spiritual terus menginspirasi umat Islam, terutama di bulan suci Ramadhan, di mana para peziarah datang untuk memohon berkah dan mendapatkan kedamaian hati.
Reporter : A. Syarwani
Editor : Trias M.,A