Blitar, jurnalmataraman.com– Berawal dari sebuah gudang kecil di samping rumahnya, seorang pemuda asal Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, kini sukses mengembangkan bisnis pembuatan kompor batik elektrik yang digemari para pembatik dari berbagai daerah di Indonesia. Dialah Damang Panggih Priandana, pemuda berusia 33 tahun yang telah menekuni usaha ini sejak tahun 2016.
Berbekal pengetahuan di bidang elektronika, Damang merancang sendiri kompor batik elektrik yang dibuat dari bahan dasar kayu triplek dan menggunakan elemen pemanas berbasis listrik. Meski sederhana, produk buatannya terbukti berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan industri batik skala kecil hingga besar.
Kompor batik buatan Damang kini telah merambah pasar di berbagai daerah seperti Solo, Kalimantan, dan Bangka Belitung. Dalam sebulan, penjualannya bisa mencapai 100 hingga 150 unit.

“Bahan baku kayu saya ambil dari penjual lokal di Blitar, sedangkan elemen pemanas saya pesan dari luar kota. Satu unit kompor bisa selesai kurang dari 15 menit,” ujarnya.
Untuk harga, Damang mematok harga grosir antara Rp92 ribu hingga Rp95 ribu per unit. Sementara untuk penjualan eceran, kompor batik elektrik ini dijual seharga Rp120 ribu.
Selain dipasarkan melalui media sosial dan jaringan toko di Solo, produk Damang juga kerap dibawa ibunya ke berbagai pameran kerajinan. Dari penjualan bulanan, ia mampu meraih omzet antara Rp9,5 juta hingga Rp10 juta.
Inovasi kompor batik elektrik ini tak hanya mendongkrak perekonomian Damang, tetapi juga menjadi alternatif modern bagi para pembatik yang selama ini masih bergantung pada kompor minyak tradisional. Dengan desain praktis dan ramah lingkungan, kompor buatannya kini menjadi primadona di kalangan perajin batik Nusantara.
(editor : Trias M.A)