Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Kasus TBC di Tulungagung pada tahun 2022 mencapai 1.332 kasus. Jumlah tersebut mengalami kenaikan, jika dibandingkan dengan temuan kasus TBC pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena, banyak orang yang didiagnosa TBC tidak mau menerima dan berobat, sehingga menularkan kepada orang terdekat, (23/12/2022).
Kabid Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Tulungagung, Didik Eka mengatakan, dari hasil investigasi kontak pada penularan TBC di Tulungagung, petugas telah menemukan 54 persen kasus dari target atau sekitar 1.332 kasus TBC. Sedangkan untuk temuan suspek TBC mencapai 93 persen atau sekitar 13.429 kasus.
“Untuk orang yang terkena TBC hampir semua usia. Tapi paling banyak orang yang terkena TBC usia 40 tahun ke atas,” tuturnya.
Didik menjelaskan, kenaikan kasus TBC di Tulungagung disebabkan karena banyak orang yang didiagnosa TBC tidak mau menerima. Hal itu membuat mereka tidak mau berobat, sehingga menularkan ke orang terdekat.
“Kami masih menemukan banyak orang yang terkena TBC itu malu. Sehingga membuat mereka menyembunyikan penyakitnya. Kondisi ini membuat mereka tidak tuntas dalam melakukan pengobatan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) Cabang Tulungagung, Cut Mala Hayati Anshari menambahkan, dalam masalah penanganan TBC di Tulungagung, pihaknya bekerjasama dengan Dinkes Tulungagung untuk melakukan pendampingan kepada pasien TBC.
“Untuk hasil investigasi kontak kasus TBC kami menemukan 120 persen. Sedangkan untuk suspek TBC kami menemukan 110 persen,” imbuhnya.
Mala mengungkapkan, dalam melakukan pendampingan pasien TBC, ternyata banyak ditemui pasien yang mangkir untuk melakukan pengobatan. Dengan alasan, pasien tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, lamanya waktu berobat hingga mangkir karena efek samping dari obat TBC.
“Rata-rata kami menemukan 2 hingga 4 pasien TBC yang mangkir untuk melakukan pengobatan disetiap kecamatan. Alasan mereka mangkir karena tidak ada dukungan keluarga, hingga mendapatkan efek samping obat seperti berkurangnya sistem pendengaran, warna kulit berubah, muntah dan gangguan ginjal,” pungkasnya.