Tulungagung, jurnalmataraman.com, Tampaknya musim kemarau panjang saat ini membawa berkah bagi petani tembakau di Tulungagung. Pasalnya, harga tembakau saat ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan Juli 2023 lalu.
Mengingat pada saat itu para petani tembakau mengalami puso setelah tanaman tembakau mereka terendam banjir akibat intensitas hujan yang cukup tinggi.
Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Tulungagung, Suyanto mengatakan, kini petani tembakau di Tulungagung dapat tersenyum puas karena hasil panen mereka memiliki harga jual tinggi.
Dari total luasan 1.040 hektare lahan tembakau di Tulungagung, saat ini telah 40 persen memasuki masa panen. Menurutnya, apabila musim kemarau bertahan cukup lama, maka diperkirakan potensi panen raya tembakau di Tulungagung dapat mencapai 1.768 Ton.
“Sejak Agustus 2023 intensitas hujan di Tulungagung mulai menurun. Kalau lahan tembakau yang sudah panen mencapai 431 hektare atau setara 699 Ton tembakau kering,” katanya.
Suyanto menuturkan, sebelumnya harga tembakau campuran memiliki nilai jual Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per Kg, saat harga naik menjadi Rp75 ribu hingga Rp90 ribu per Kg. Sementara itu untuk tembakau polos dari harga Rp80 ribu hingga Rp90 ribu per Kg menjadi Rp120 ribu hingga Rp135 ribu per Kg.
Padahal di Bulan Juli 2023 lalu, rata-rata satu hektare lahan tanaman tembakau di Tulungagung terpaksa merugi mulai dari Rp70 juta hingga Rp80 juta tergantung modal tanam yang dikeluarkan.
“Meski tiga tahun tidak mendapat hasil, tahun ini justru menjadi titik balik petani tembakau karena musimnya bagus untuk tanaman tembakau, harganya juga sedang naik,” tuturnya.

Selain itu, menurut Suyanto, kenaikan harga tembakau itu juga disebabkan ketersediaan hasil panen tembakau yang menipis, sedangkan permintaan pasar cukup banyak.
Tembakau dari Tulungagung biasanya dikirim ke beberapa daerah, mulai dari Pacitan, Trenggalek, Ponorogo, Jawa Tengah hingga ke luar Jawa.
“Kalau dibandingkan semua wilayah di Jatim. Di Tulungagung banyak stok tembakau. Sekitar 40 persen tembakau di sini masuk pabrik dan 60 persen masuk pasar tradisional,” pungkasnya. (rga/mj)