Tulungagung, jurnalmataraman.com – Di sebuah ruangan sempit berukuran 2,5 x 4 meter di dalam Lapas Kelas IIB Tulungagung, suara gunting rambut terdengar bersahutan dengan tawa ringan sesama warga binaan. Di tengah barbershop sederhana itu, seorang narapidana bernama Nofian Lutfi menemukan harapan baru melalui keterampilan memangkas rambut yang kini ditekuninya.
Sebelum mengikuti program pembinaan, hidup Nofian dipenuhi keputusan keliru yang membawanya masuk ke balik jeruji besi. Namun, berkat program pembinaan kemandirian, ia mulai menata kembali hidupnya. Selama dua hingga tiga bulan berlatih, ia kini menguasai berbagai model potongan rambut. “Dulu saya tidak pernah terpikir bisa punya keahlian seperti ini. Sekarang saya ingin memanfaatkannya untuk masa depan,” ujar Nofian.

Kepala Lapas Tulungagung, Ma’ruf Prasetyo Hadiyanto, mengatakan pelatihan tersebut merupakan bagian dari strategi pembinaan holistik yang tidak hanya membekali keterampilan, tetapi juga memulihkan aspek kepribadian warga binaan. Selain pelatihan pangkas rambut, Lapas Tulungagung juga menyelenggarakan berbagai program lain seperti kerajinan marmer, konveksi celemek, pertanian, peternakan kambing, pendidikan keagamaan dan kepramukaan.
Dari total 711 warga binaan, tercatat 115 orang aktif mengikuti program kemandirian, sementara lebih dari 200 orang terlibat dalam pembinaan kepribadian. Program-program ini diberikan sesuai minat dan bakat, agar setiap warga binaan siap kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang produktif dan mandiri.
( editor : Aldo & Trias M.A )