Trenggalek, jurnalmataraman.com – Musim panen raya padi di Kabupaten Trenggalek mulai berlangsung. Para petani pun menyambutnya dengan penuh sukacita, terutama karena hasil panen mereka terserap oleh Bulog dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga pasar.
Di Desa Karanganom, Kecamatan Durenan, para petani mulai memanen padi mereka. Salah satunya adalah Yulianto, yang mengungkapkan kegembiraannya karena gabah yang dijual ke Bulog dihargai Rp6.500 per kilogram—lebih tinggi dibandingkan jika dijual ke tengkulak yang hanya berani membeli di kisaran Rp5.800 hingga Rp5.900 per kilogram.
“Alhamdulillah, tahun ini gabah bisa diserap Bulog. Kami berharap harga bisa tetap stabil, syukur-syukur ke depannya bisa naik sampai Rp7.000 per kilogram,” ujar Yulianto, petani asal Karanganom.
Kepala Desa Karanganom, Muntingah, membenarkan bahwa total gabah yang telah terserap Bulog sejauh ini mencapai 20 ton. Ia menyebut, lahan sawah yang ada di desanya mencapai 104 hektare dan sebagian besar telah memasuki masa panen.
“Kami sangat berharap serapan Bulog bisa ditingkatkan. Karena biaya produksi sampai panen itu cukup besar bagi petani, jadi ketika harga bagus dan hasil diserap, itu sangat membantu kesejahteraan mereka,” terang Muntingah.
Panen raya tahun ini diharapkan mampu menjadi momen kebangkitan bagi petani padi di Trenggalek, sekaligus menjadi bukti bahwa kebijakan serapan gabah oleh pemerintah melalui Bulog mampu mendorong harga lebih adil di tingkat petani.
(editor : Trias M.A)