Blitar, jurnalmataraman.com – Berbagai cara dilakukan oleh Masyarakat pedesaan, untuk menolak balak dan meminta hujan, salah satunya dengan menggelar ritual Tiban atau adu pecut.
Seperti yang di lakukan oleh keluarga besar Komando Satria Nusantara, asuhan Romo Imam Sutikno atau yang biasa disapa gus Sutik Desa Bakung Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar. Rituan adu pecut yang terbuat dari lidi aren ini dilakukan pada malam hari bersamaan dengan peringatan Tahun Baru Islam 1446 Hijriyah.
Bedanya kalau pada umumnya, aksi adu pecut diiringi dengan musik gamelan, namun di kediaman Gus Sutik ini, pertujukan Tiban diringi dengan musik hadrah bernuansa Islami.
Tak hayal kemeriahan adu pecut yang di gelar bersamaan dengan Pengajian Akbar ini, mendapat sambutan ribuan pengunjung dari kalangan umat islam.
Dalam ritual adu pecut ini, setiap peserta dua orang masing-masing membawa pecut lidi dan saling sabet secara bergantian. Bahkan kerasnya cambukan yang melukai bagian tubuh pemain, seakan tak dirasa, mereka menganggap luka sabetan hal yang biasa dan tidak ada dendam maupun permusuhan.
Menurut, Romo Imam Sutikno, tradisi adu pecut atau tiban ini selain sebagai ritual untuk meminta hujan dan menolak balak. Seni tradisional Tiban sudah menjadi hiburan bagi warga Masyarakat.
“Untuk santri-santri kita atau pasukan saya dari Komando Satria Nusantara, bukan menunjukan kekebalan manusia diantara yang paling kebal dan Allah. Tetapi untuk atraksi-atraksi, untuk mengisi, untuk kegiatan santri kita. Kita tidak bisa bilang Budaya Jawa, tapi pendekar-pendekar darimanapun kita kondang, kita trend, dan kita adakan atraksi-atraksi. Kita tunjukan langsung ini praktek langsung, gepukan itu. Tapi sebagai kita umat Islam, setelah gepukan itu ya persahabatan baik dan bagus”. Ujar Romo Imam Sutikno.
Imam Sutikno berharap pagelaran Tiban tersebut tetap lestari sebagai salah satu warisan budaya Masyarakat. (asf/bel).