Trenggalek, jurnalmataraman.com – Upacara adat ngitung batih diawali dengan kirab takir plontang dan aneka sesaji dari pusat Kecamatan menuju lapangan Dongko, Trenggalek.
Hidangan ini selanjutnya diserahkan kelada pemimpin Kecamatan untuk didoakan bersama tokoh adat setempat. Takir plontang dan sesaji tersebut kemudian dibagikan dan menjadi rebutan Masyarakat.
Tradisi ini telah dilakukan masyarakat Dongko secara turun temurun, sejak zaman kerajaan mataram. Ngetung batih digelar untuk menyambut tahun baru hijriah, sekaligus menjadi ajang refleksi bagi masyarakat untuk bersyukur dan berdoa agar diberikan keberkahan serta keselamatan di tahun mendatang.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan, ngitung batih saat ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.
“Ini adalah warisan budaya tak benda ,yang diakui oleh pemerintah Indonesia yaitu mbatih, kalau di ahli bahasa kan yaitu keluarga”. Ujar M Nur Arifin.
Kini tradisi ngitung batih juga dimaknai sebagai ajang berbagi untuk mendapatkan keberkahan. (ham/dav).