Blitar, jurnalmataraman.com – Tumpeng Tujuh yang diperebutkan pengunjung tersebut merupakan rangkaian dari agenda Larung Sesaji yang dilakukan turun temurun di Pantai Serang. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperingati masuknya Bulan Muharram 1446 Hijriah.
Sebelum dilakukan Larung Sesaji, Tokoh Tertua adat terlebih dahulu melakukan ritual dan merapalkan doa khusus. Usai melakukan ritual, dua tumpeng Lanang dan Wadon beserta Sesajen di Larung menuju Laut Lepas menggunakan dua perahu.
Meski kondisi ombak laut cukup tinggi, para pelarung tetap membawa kedua tumpeng menjauh dari bibir Pantai.
Usai Melarung kedua tumpeng, pengunjung yang hadir dipersilahkan untuk mengambil Hasil Bumi yang di susun dalam tumpeng dengan jumlah Tujuh Buah. Ratusan pengunjung yang didominasi ibu-ibu terlihat antusias berebut Tumpeng Tujuh.
“Larung Saji itu sebenernya symbol masyarakat Desa Serang bentuk rasa Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dengan symbol-simbol hasil dari pertanian, dari hasil petani desa serang mewujudkan Tumpeng Lanang lan Wadon.” ujar Dwi Handoko Pawiro
Ketujuh tumpeng ini langsung habis diserbu para pengunjung. Dengan wadah seadanya, para pengunjung langsung merangsek dan meraih sajian tumpeng sebanyak-banyaknya.(ziz/za)