Blitar, jurnalmataraman.com – Inilah Muhtaromin dan Dewi, pasutri asal Dusun Precet Desa Plumpungrejo Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar, yang sedang menggeluti usaha kerajinan aneka gerabah yang berbahan baku tanah liat.
Pasutri dikaruniai lima anak ini memulai usaha kerajinan gerabah sejak lima tahun silam yang merupakan warisan dari orang tuanya .
Muhtaromin mengaku jika keluarganya telah memiliki usaha kerajinan gerabah secara turun-temurun. Hal itulah yang membuat dirinya berniat menggeluti usaha gerabah tanah liat yang sekaligus untuk menjaga warisan leluhur agar tetap eksis tidak termakan oleh jaman.
Sedangkan untuk membuat kerajinan gerabah, dibutuhkan ketelatenan, aneka gerabah dibuat dengan campuran tanah liat dengan kandungan kaolin dan debu pasir Sungai.
Pasutri ini tampak lihai dalam membuat gerabah tanah liat berjenis cuwo (tempat makan kelinci) serta cobek sambel gami dalam berbagai ukuran.
Dalam proses pembuatannya, berbagi tugas, sang istri yang bertugas membentuk adonan tanah liat menjadi berbagai perkakas, sedangkan Muhtamorin berperan untuk melakukan finishing gerabah serta melakukan proses pembakaran.
“Kalo kampung gerabah disini sejak dulu sudah ada untuk pengrajin gerabah tanah liat sudah ada, dari nenek moyang kami yang mungkin untuk saya mungkin kalo dihitung hitung sudah generasi keenam” ujar Muhtaromin.
Dalam sehari, keduanya mampu memproduksi puluhan gerabah. Proses pembuatan gerabah miliknya dilakukan secara tradisional dengan meja putar dan tungku.
Sedangkan untuk pemasaran aneka gerabah tersebut, Muhtaromin jual ke sejumlah pemesanan di sejumlah kota di jawa timur, seperti Malang, Surabaya, Lamongan, Tuban dan sekitarnya. Sedangkan untuk harga jual aneka gerabah fariativ mulai dari harga terendah 10 ribu hingga 100 ribu per buah tergantung jenis, ukuran serta tingkat kesulitanya. Dalam sebulan omzet penjualan hingga mencapai belasan juta. (asf/ul).