Blitar, jurnalmataraman.com – Langgar Gantung AN-Nur, yang terletak di belakang Masjid Jami’ Kota Blitar, tetap eksis sebagai tempat ibadah meski bangunannya sederhana. Langgar yang dikenal dengan desain rumah panggung ini digunakan untuk salat lima waktu, termasuk salat tarawih selama bulan Ramadan.
Ketua Takmir Langgar AN-Nur, Isman Hudi menjelaskan bahwa bangunan langgar ini dinamakan “Gantung” karena strukturnya yang mengapung sekitar satu meter di atas tanah, wilayah sekitar langgar ini dulunya adalah hutan belantara, sehingga dibangun panggung untuk menghindari gangguan dari hewan-hewan buas.
“Langgar gantung ini didirikan oleh Irodikoro, seorang prajurit laskar Pangeran Diponegoro dari Jawa Tengah yang bergerilya melawan penjajah Belanda, dibangun sejak sekitar 1825, Sampai sekarang masih digunakan untuk sholat, tadarus dan sebagainya, tapi kalau untuk mengaji anak-anak sudah dialihkan ke madrasah yang lebih besar,” ujar Isman Hudi.
Langgar Gantung ini pertama kali didirikan oleh Irodikoro, seorang prajurit Laskar Pangeran Diponegoro yang berasal dari Jawa Tengah dan ikut bergerilya melawan penjajah Belanda. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, langgar ini juga pernah digunakan untuk menyusun strategi dan melaksanakan pertemuan-pertemuan penting pada masa perjuangan.
Bangunan langgar ini pernah mengalami renovasi pada tahun 1995, yang meliputi perbaikan genteng, kayu usuk, dan kayu reng. Konstruksinya terdiri dari kayu dan bambu, dengan gaya arsitektur khas rumah Jawa. Pilar-pilar penyangga kokoh, lantai langgar terbuat dari kayu jati asli, dan dinding serta plafon terbuat dari anyaman bambu yang memberikan nuansa tradisional yang kental.
Langgar Gantung AN-Nur kini menjadi bagian dari sejarah panjang perjuangan dan tradisi spiritual masyarakat Blitar, yang terus dilestarikan hingga kini sebagai tempat beribadah yang penuh makna.
Editor : Fikri Fadhlul Aziz
Ikuti WhatsApp Channel JTV Kediri dan dapatkan informasi terbaru dengan klik link berikut s.id/jtvkediriwa