NGANJUK, jurnalmataraman.com – Event tahunan Boyong Natapraja dan Sedekah Bumi 2024 (06/05/24) dengan konsep kolosal dan berlangsung lebih meriah dengan dari tahun sebelumnya dan akan menjadi tonggak baru dalam kemeriahan agenda tahunan di Kab. Nganjuk Tanggal 06 Juni 2024, atau 144 tahun yang lalu tepatnya 06 Juni 1880, terjadi perpindahan pusat pemerintahan dari Kab. Berbek ke Nganjuk . Peringatan Hari Boyong Notoprojo kali kedua ini mengambil tema, ” Notoprojo Bersinergi Membangun Negeri.” Malam hari, (05/06/24) Pj. Bupati Handoko terlebih dahulu menyerahkan dua pusaka Kab. Nganjuk yakni : Pusaka Tombak Kyai Jurang Panetas dan Payung Kyai Tunggul Wulung untuk dikirab dan disemayamkan di Kec. Berbek.
Berbusana khas Nganjuk Kaprawiran Kanigaran warna hitam, Pj. Bupati Handoko didampingi Ny. Eka Haryati Taruna , beserta seluruh jajaran Forkopimda Kab. Nganjuk, yang juga didampingi istri mengikuti prosesi Boyong Natapraja mulai dari Pendopo Alun- Alun Berbek, hingga finish di Pendopo KRT. Sosro Koesomo Pemkab Nganjuk. Menurut sejarawan Nganjuk, Rudy Handoko, peringatan boyong Kadipaten Berbek ke Kota Nganjuk mendasarkan kepada surat laporan Residen Kediri Meyer kepada Gubernur Jendral, 8 Juni 1880 sesuai salinan surat no. 3024 a/4205. Ini setelah terjadi proses boyong pegawai dan ibukota baru yang dilakukan di tanggal 6 Juni 1880.
Mengendarai kereta berkuda dari Alun-Alun berbek, Pj. Bupati dan jajaran Forkopimda bergabung dengan rombongan besar boyong Natapraja yang telah bersiap di Stadion Anjuk Ladang. Pasukan Boyong Natapraja diawali dengan pasukan pemuda lurik pembawa bendera merah putih, kemudian dilanjutkan Bregada Umbul, Bregada Ungel Ungelan, Bregada Prawiro Anom, Bregada Jemparing Langenastra, Bregada Jayeng Sekar, Bregada Songsong Buwana, dan dua pusaka Kab. Nganjuk Pusaka Tombak Kyai Jurang Panetas dan Payung Kyai Tunggul Wulung . Ketika arak-arakan, Pj. Bupati dan Forkopimda berada persis di belakang Bregada drumband Kraton Surakarta yang ikut memeriahkan acara . Selanjutnya dibelakangnya seluruh jajaran OPD di Kab. Nganjuk ( Natapraja) lengkap dengan kesenian jaranan, reyog, barongsai bahkan pawai ogoh-ogoh.
Persis di replika “ Gapura Nganjuk” depan Taman Nyawiji, Pj. Bupati Handoko menerima syarat boyong berupa “ kloso lan bantal ” (tikar pandan dan bantal), cok bakal, damar ublik (lampu pelita) , sapu gerang, kembang setaman dan banyu (air) panguripan berupa kendi. Kesemuanya di bawa sosok sesepuh hingga regol/pintu gerbang Pendopo KRT. Sosro Koesoemo. Kedua pusaka Kab. Nganjuk kemudian kembali disemayamkan di Pendopo KRT. Sosro Koesoemo. Masyarakat Nganjuk tumpah ruah di sepanjang Jln. Yani hingga area Alun-Alun menikmati kolosal acara Boyong Natapraja dan sedekah Bumi 2024. Acara diakhiri dengan porakan / rebutan Gunungan hasil bumi di depan Pendopo. (min/3as)