Tulungagung, jurnalmataraman.com – Kemarau menjadi musim yang ditunggu-tunggu oleh para petani di Desa Gempolan, Kecamatan Pakel, Tulungagung. Seperti pada musim kemarau sebelum-sebelumnya, di musim kemarau tahun ini para petani antusias untuk menanam komoditi unggulan mereka yakni tembakau.
Salah seorang petani, Maryono, mengatakan hasil dari menanam tembakau lebih menguntungkan dibanding tanaman palawija san hortikultura lainnya. Selain itu, perawatan tanaman tembakau juga mudah/ dan tidak terlalu banyak membutuhkan air. Dimana penyiraman cukup dilakukan setiap 7 hingga 10 hari sekali.
Para petani di Desa Gempolan mayoritas menanam tembakau jenis rejeb sidi, dimana kualitasnya cukup bagus untuk diolah menjadi tembakau pilesan. Mulai tanam sampai dengan panen, tembakau jenis ini membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Mereka berharap kemarau berlangsung panjang, sampai sehabis masa panen raya, yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan September. Karena di musim sebelumnya, banyak yang gagal panen karena, hujan sudah dating, sebelum musim panen tiba.
‘Perawatannya lebih mudah, hasilnya lebih besar. Tembakau sidi, rasanya lebih tinggi, ampek, harganya lebih tinggi dari yang lain” ujar Maryono.
Maryono menambahkan, pada musim tembakau tahun lalu, harga tembakau cukup tinggi dan menguntungkan bagi petani. Satu kilogram daun tembakau basah di sawah dihargai 12 ribu rupiah, dari harga biasanya hanya berkisar 9 Ribu rupiah saya, namun sayangnya banyak petani yang tidak bisa menikmati hasil, karena gagal panen. Petani berharap, pada saat panen nanti harga tembakau bisa tinggi, minimal sama dengan musim panen lalu. (bon/ul).