Tulungagung,jurnalmataraman.com – Angka prevalensi stunting di Jawa Timur diklaim terus menurun selama lima tahun terakhir. Penurunan ini disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur, Arumi Bachsin, saat menghadiri acara serah terima jabatan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Tulungagung di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Tulungagung.
Arumi Bachsin menjelaskan bahwa dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, mayoritas telah berhasil menurunkan angka stunting. Namun, ia juga mengakui bahwa ada beberapa daerah yang belum menunjukkan hasil penurunan yang signifikan. Menurutnya, setiap daerah memiliki tantangan dan hambatan yang berbeda, di antaranya kesulitan dalam mengakses makanan bergizi hingga budaya masyarakat yang sulit diubah.

“Beberapa daerah seperti wilayah Madura memerlukan penanganan khusus dalam hal penurunan angka stunting,” ungkap Arumi.
“Penting untuk memahami faktor-faktor lokal yang mempengaruhi dan bekerja sama dengan masyarakat untuk menemukan solusi yang tepat.”
Berdasarkan data Bappeda Jawa Timur, angka stunting pada tahun 2019 tercatat sebesar 26,86%. Angka ini kemudian mengalami penurunan signifikan menjadi 23,50% pada tahun 2020, 19,20% pada tahun 2021, dan terus menurun lagi menjadi 17,70% pada tahun 2023. Ini menunjukkan perkembangan yang positif meski tantangan masih ada di beberapa daerah.
Data dari BKKBN Jawa Timur juga menunjukkan penurunan jumlah keluarga berisiko stunting. Pada tahun 2022 tercatat 1.757.481 keluarga berisiko stunting. Angka tersebut berkurang menjadi 1.513.817 pada tahun 2023 dan terus turun menjadi 1.745.000 pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan adanya upaya yang lebih intensif dan koordinasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi masalah stunting.
“Meski hasil yang diperoleh sudah cukup baik, kami tetap akan terus bekerja keras untuk memastikan angka stunting di Jawa Timur bisa terus menurun hingga mencapai target yang diinginkan,” tambah Arumi.
(editor : Trias M.A)