Blitar, jurnalmataraman.com – Sebuah video yang merekam aksi protes seorang perempuan terhadap tarif parkir di Viral kawasan Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) Kota Blitar kembali viral di media sosial. Dalam video tersebut, perempuan tersebut mempertanyakan total biaya parkir sebesar Rp800 ribu untuk tiga bus yang membawa rombongan wisatawan.
Peristiwa yang terjadi pada akhir Februari 2025 itu kini kembali menjadi sorotan publik, meski pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Blitar menyatakan bahwa permasalahan sudah diselesaikan dan hanya merupakan kesalahpahaman antara pengunjung dan petugas parkir.
Namun, dampak dari viralnya video tersebut dirasakan langsung oleh para pelaku usaha lokal. Sejumlah tukang becak wisata dan pedagang buah di sekitar area parkir mengeluhkan sepinya pengunjung sejak video tersebut beredar luas.
“Kini makin sepi. Biasanya bisa antar tiga sampai empat kali ke Makam Bung Karno atau Istana Gebang, sekarang kadang sehari tidak ada sama sekali,” keluh Hartono, salah satu tukang becak wisata yang biasa mangkal di kawasan PIPP.
Keluhan serupa disampaikan oleh pedagang buah yang biasa berjualan di sekitar lokasi parkir. Bulan Juni yang seharusnya menjadi puncak kunjungan dalam rangka Bulan Bung Karno, justru terasa lebih sepi dibanding hari-hari biasa.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Blitar, Edy Wasono, membenarkan adanya video viral tersebut. Ia menjelaskan bahwa tidak ada pungutan liar, melainkan tarif yang ditagihkan merupakan akumulasi dari beberapa komponen resmi.
“Tarif parkir satu bus memang Rp18 ribu. Kemudian ada retribusi pengunjung ke Kawasan Makam Bung Karno sebesar Rp4 ribu per orang. Jika satu bus membawa 60 orang, maka retribusi totalnya Rp240 ribu per bus,” jelas Edy.
Dengan rincian tersebut, maka untuk tiga bus, total retribusi sebesar Rp720 ribu ditambah biaya parkir tiga bus sebesar Rp54 ribu. Total keseluruhan mencapai Rp774 ribu, mendekati angka yang diprotes dalam video.
Edy menegaskan, “Tidak ada penyelewengan. Ini hanya kesalahpahaman soal informasi tarif yang tidak dijelaskan secara rinci di awal.”
Meskipun insiden ini telah selesai beberapa bulan lalu, kembalinya video tersebut ke permukaan membuat isu ini kembali menjadi bahan perbincangan, baik di media sosial maupun dalam pesan berantai WhatsApp. Pemerintah Kota Blitar diharapkan segera mengambil langkah sosialisasi agar kejadian serupa tidak terulang dan citra pariwisata kota tidak tercoreng.
(Dimas & Trias M.A)