Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Sebagai upaya melestarikan permainan tradisional, pemuda yang tergabung dalam komunitas Tulungagung All Star’s mengadakan perlombaan betengan. Hal ini didasarkan karena banyak anak-anak generasi saat ini jarang memainkan permainan tradisional. Dan hal ini tentu mengancamam kelestariana permainan tradisional di Tulungagung.
Sorak penonton memeriahkan perlombaan permainan tradisional betengan yang digelar di Lapangan Balung Kawuk, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngunut, Tulungagung. Tampak dua tim sedang mempertahankan betengnya dari sentuhan musuh. Karena pemenang permainan tradisional betengan adalah, tim yang bisa menyentuh dan menguasi beteng lawan.
“Perlombaan betengan ini digelar sebagai upaya melestarikan permainan tradisional yang saat ini hampir tidak pernah dimainkan lagi oleh anak-anak. Maka dari itu kami membuat perlombaan betengan, untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali permainan tradisional betengan,” ujar Ketua Pelaksana, Puji Ari Sasmiko.
Miko –sapaan akrabnya menjelaskan, ada beberapa peraturan yang harus diterapkan dalam permainan tradisional betengan. Diantaranya, setiap pertandingan harus ada dua tim. Dimana kedua tim, harus bisa mempertahankan betengnya dari musuh. Namun, apabila ada peserta yang tersentuh oleh tim lawan yang baru saja menyentuh beteng miliknya (tuwek-tuwekan, red), maka dia akan menjadi tawanan tim lawan.
“Selain itu, peserta yang keluar garis dan melanggar aturan main juga akan menjadi tawanan tim musuh. Dan selama permainan berlangusung peserta harus saling menyerang, dan tidak boleh hanya berdiam diri di beteng (tunggu tethek, red),” jelasnya.
Pria asal Kecamatan Kalidawir itu mengungkapkan, untuk ukuran lapangan pada dasarnya sangat fleksibel. Namun dalam perlombaan betengan ini, pihaknya menggunakan ukuran lapangan 20 x 10 meter. Untuk menentukan kemenangan, panitia juga menyediakan satu wasit dan empat juri garis.
“Juri garis ini berfungsi siapa saja peserta yang tersentuh oleh lawan. Ketika ada peseta yang tersentuh, maka pertandingan akan dihentikan untuk sementara waktu, dan apabia sudah clear maka pertandingan akan dimulai lagi,” ungkapnya.
Dalam perlombaan betengan kali ini, setidaknya ada 14 tim yang masing-masing tim terdiri dari lima orang. Peserta ternyata tidak hanya berasal dari Tulungagung, melainkan juga ada peserta dari Kabupaten Kediri yang mengikuti perlombaan permainan tradisional betengan ini.
“Jadi sistemnya ada babak penyisihan hingga final. Untuk pemenang akan diambil tiga tim terbaik. Perlombaan betengan ini akan berlangung mulai 7 – 10 September 2022,” terangnya.
Miko berharap, dengan digelarnya perlombaan permainan tradisonal betengan, bisa menjadi upaya pelestarian warisan budaya tak benda di Tulungagung. Sehingga permainan ini bisa terus dimainkan oleh generasi selanjutnya.
“Kami berharap permainan tradisional ini bisa terus dilestarikan oleh generasi penerus selanjutnya,” pungkasnya. (am/mj)