Trenggalek,jurnalmataraman.com – Upacara adat Larung Sembonyo di Teluk Prigi Trenggalek ini diawali dengan kirab tumpeng raksasa dan aneka jajanan pasar dari kantor kecamatan Watulimo menuju pantai Prigi dan berakhir di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi.
Sebelum dilarung, tumpeng raksasa dan aneka sesaji yang telah disiapkan oleh para nelayan ini didoakan terlebih dahulu oleh tokoh adat setempat. Selanjutnya tumpeng raksasa ini ditarik menggunakan kapal dan di bawah ke tengah laut untuk dilarung bersama-sama.
Prosesi ini berlangsung meriah. Sekitar 30 kapal nelayan turut serta mengiringi larung sembonyo.
Menurut nelayan setempat tradisi atau upacara adat larung sembonyo telah dilakukan secara turun temurun, sejak ratusan tahun silam. Tradisi ini biasa digelar pada bulan selo pada penanggalan jawa.
Larung sembonyo merupakan salah satu ungkapan rasa syukur dari para nelayan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena telah mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah selama setahun terakhir.
Bupati Trenggalek, M. Nur Arifin mengungkapkan, dalam tradisi labuh laut larung sembonyo juga menjadi momentum untuk mendoakan para nelayan yang hilang saat melaut.
Disisi lain, Gus Ipin juga berpesan kepada masyarakat dan nelayan untuk menjaga lingkungan. Sehingga ekosistem dapat terjaga dan nelayan tetap bisa mendapatkan hasil laut berlimpah.
“Satu kegiatan rutin atau event rutin tapi bukan sekedar event, tapi ini juga termasuk bentuk syukur dan juga berdoa, jadi dikesempatan kami sampaikan kepada seluruh masyarakat kita mengirim doa kepada seluruh nelayan yang sampai hari ini belum ditemukan” ujar M. Nur Arifin.
Para nelayan berharap, setahun ke depan hasil tangkapan ikan semakin melimpah. Selain itu nelayan juga diberikan keselamatan saat melaut. (ham/ul).