Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Puluhan anak dan remaja di Tulungagung terjangkit HIV/AIDS. Rata-rata puluhan anak dan remaja tertular HIV/AIDS dari orang tuanya sendiri. Untuk menjaga kesehatannya, mereka diwajibkan untuk terus mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV).
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Tulungagung, Ifada Nur Rohmania mengatakan bahwa saat ini tercatat ada 52 anak dan remaja di Tulungagung terjangkit HIV/AIDS. Diantaranya, 10 kategori anak-anak dan 42 kategori remaja.
“Angka ini relative cukup tinggi. Dan mungkin saja temuan yang hanya 52 ODHA ini belum semua terlaporkan kepada kami,” tuturnya.
Ifada menjelaskan, dari 52 ODHA tersebut saat ini kondisinya baik. Pasalnya, dalam melakukan aktivitas sehari-hari mereka layaknya seperti anak pada umumnya. Disisi lain ternyata mereka juga memiliki teman yang cukup banyak di lingkungannya.
“Mereka itu lincah dan memiliki banyak teman. Mereka juga tidak memiliki keluhan kesehatan yang cukup berarti,” jelasnya.
Menurut Ifada, puluhan anak dan remaja yang terjangkit HIV/AIDS di Tulungagung, indikasinya tertular dari ibunya yang sudah terjangkit HIV/AIDS namun tidak mengikuti program Prevention Mother To Child Transmission of HIV (PMTCT).
“Program PMTCT di Tulungagung ini baru ada sejak 2015 lalu. Sedangkan anak-anak dan remaja yang terjangkit HIV/AIDS itu lahir sebelum 2015,” paparnya.
Namun saat ini karena sudah ada program PMTCT, ibu hamil yang terjangkit HIV/AIDS dan sedang mengandung harus wajib mengkonsumsi obat ARV. Hal ini bertujuan untuk menekan virus HIV pada dirinya sebelum mengiktui program hamil.
“Nantinya jika sudah mengkonsumsi ARV secara rutin, akan menurunkan jumlah kadar viral load HIV pada ibu hamil yang terjangkit HIV,” ujar Ifada.
Ifada mengungkapkan bahwa, untuk memberikan pemahaman kepada anak remaja yang terjangkit HIV/AIDS itu memang sampai saat ini cukup sulit. Hal ini disebabkan karena mempertimbangkan kondisi psikologis anak.
“Ketika memberikan obat ARV kepada anak, itu kami harus bilang obat ini untuk vitamin. Tapi ada juga orang tua yang berani terbuka pada anaknya, tapi tidak banyak,” pungkasnya. (mj/ham)