Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Sejak dicabutnya kebijakan harga eceran tertinggi (HET) saat ini harga minyak goreng (migor) di Tulungagung menanjak naik. Bahkan saat ini stok migor di distributor aman, meski beberapa waktu lalu migor di Tulungagung sempat langka.
Salah satu warga Desa Bendiljati Wetan, Kecamatan Sumbergempol, Eni Susanti mempertanyakan bahwa ketika pemerintah memberlakukan kebijakan subsidi dan HET, migor di pasar sangat terbatas. Namun ketika kebijakan subsidi dan HET dicabut, stok migor di pasar dan di toko melimpah.
“Saya jadi berpikir, bisa saja stok migor memang ada yang menimbun, dan mengeluarkan stok migor ketika harga melambung,” ujarnya.
Perempuan 52 tahun itu mengaku juga langsung ke mengecek harga migor yang melambung di pasaran. Ternyata ketika di pasar dan di minimarket rata-rata harga migor mencapai Rp 23.800 per liter.
“Dulu harga migor itu Rp 19.500 per liter. Tapi karena saat ini harga migor mahal saya tidak jadi membeli migor ketika melihat harga di pasar dan minimarket,” terangnya.
Dia berharap kepada Pemerintah agar memberlakukan kebijakan yang tidak mempersulit masyarakat. Pasalnya, jika harga migor masih mahal banyak masyarakat yang dirugikan. Seperti pedagang dan UMKM yang tidak memiliki modal cukup.
Sementara itu, Manager Bravo Tulungagung, Joko Hariyanto mengatakan, memang ada perbedaan ketika pemerintah memberlakukan kebijakan HET dan subsidi migor. Perbedaan itu terjadi pada animo masyarakat terhadap pembelian migor.
“Kalau diberlakukan subsidi kepada migor memang langsung muncul antrean masyarakat membeli migor. Kalau sekarang atusias masyarakat menurun,” ujarnya.
Joko menjelaskan, pada pemberlakuan migor subsidi pihaknya memang membatasi pembelian migor. Setiap orang hanya bisa membeli migor sebanyak dua liter.
“Memang dari konsumen banyak yang kaget karena harga berubah. Tapi seperti itu regulasi dari pemerintah,” jelasnya.
Joko juga mengaku, ketika diberlakukan harga migor subsidi, tidak mengeluarkan seluruh stok migor. Hal ini dilakukan sebagai upaya antisipasi kerumunan masyarakat yang dapat memunculkan panic buying.
“Kalau stok migor dikeluarkan semua, sudah pasti 1 jam langsung ludes,” ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid Perdagangan, Disperindag Tulungagung, Nur Laeli menambahkan, beberapa waktu lalu pihaknya melakukan sidak ke distributor migor. Dalam sidak pihaknya tidak menemukan adanya penimbunan migor di distributor.
“Tidak ada penimbunan migor, itu saya lihat sendiri. Untuk stok juga aman,” imbuhnya.
Laeli mengatakan tidak dapat melakukan intervensi kepada distributor terkait stok dan jumlah migor. Namun untuk mengatasi permasalahan migor pihaknya sudah melakukan operasi pasar dengan menjual sebanyak 30 ribu liter migor.
Terkait pencabutan HET migor, memang untuk migor di pasar memang sudah dicabut. Akan tetapi HET masih berlaku pada migor curah yakni Rp 14.000 per liter.
“Jadi untuk harga tetap mengikuti mekanisme harga di pasar. Naik atau turunya harga tergantung mekanisme pasar,” pungkasnya. (mj/ham)