Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Pasca dilanda banjir, masyarakat Dusun Miren Desa Ngranti mengeluh lantaran terkena penyakit kulit. Namun demikian, masyarakat yang mengeluh terkena sakit kulit sudah diberikan penanganan, (21/10/2022).
Kepala Desa Ngranti, Yulianto mengatakan, masyarakat Dusun Miren Desa Ngranti Kecamatan Boyolangu yang terdampak banjir kemarin sudah dilakukan evakuasi. Sebagian masyarakat memilih mengungsi di rumah saudaranya, sedangkan sisanya mengungsi di posko pengungsian di Balai Desa Ngranti.
Meski sudah mengungsi, rupanya masyarakat masih dihantui masalah utamanya masalah kesehatan. Pasalnya, beberapa masyarakat yang mengungsi justru mengeluhkan jika mereka terkena penyakit kulit.
“Memang benar masyarakat kami yang terdampak banjir kemarin mengeluh terkena penyakit kulit,” ujarnya.
Yulianto, juga sudah berkoordinasi dengan Puskesmas Boyolangu dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung untuk segera melakukan penanganan. Tidak lama setelahnya, pihak Dinkes langsung mendistribusikan obat-obatan utamanya obat jenis salep kulit kepada masyarakat terdampak melalui Puskesmas Boyolangu.
“Selain itu, saat ini di Desa Ngranti juga dibuka posko kesehatan bagi masyarakat yang belum mendapat jatah obat-obatan. Namun demikian, pihaknya memastikan jika semua masyarakat sudah menerima obat-obatan tersebut,” terangnya.
Yulianto mengungkapkan saat ini air sudah berangsur-angsur surut. Apabila kemarin ada 100 KK rumah warga yang terdampak banjir, saat ini hanya segelintir rumah saja yang masih digenangi air. Sedangkan kondisi sungai di Desa Ngranti, debit airnya juga sudah tidak setinggi beberapa hari yang lalu.
“Kami yakin jika beberapa hari lagi, banjir sudah benar-benar surut. Beberapa warga juga sudah kerja bakti membersihkan rumah yang kemasukan air,” ungkapnya.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Tulungagung, Didik Eka Sunarya Putra mengatakan, penyakit kulit yang dikeluhkan masyarakat akibat terdampak banjir dikarenakan ketersediaan air bersih yang kurang. Selain itu kebersihan diri (Personal Hygiene) yang juga kurang. Pasalnya, saat terdampak banjir, lingkungan juga tidak mendukung untuk membersihkan diri, mengingat banyak kotoran dimana-mana.
“Maka dari itu akhirnya akan banyak masyarakat terdampak banjir yang terserang penyakit kulit,” paparnya.
Selain penyakit kulit, ungkap Didik, masyarakat terdampak banjir juga dimungkinkan mengalami gangguan saluran pencernaan, diare, tipes maupun leptospirosis. Untuk penyakit Leptospirosis sendiri bersumber dari kotoran hewan terutama jenis tikus. Apalagi dalam kondisi banjir, sarang tikus pasti tergenang, sehingga tikus akan masuk ke pemukiman dan bisa menularkan penyakit tersebut melalui kotorannya. Namun demikian, distribusi obat-obatan terhadap korban bencana akan terus dilakukan kepada masyarakat.
“Kami sediakan obat untuk korban bencana, apabila dari Kabupaten tidak mencukupi, akan kami carikan dari Porvinsi hingga ke Kementerian,” pungkasnya.