Surakarta, jurnalmataraman.com, Institut Seni Surakarta (ISI-Ska) dalam memperingati hari wanang dunia mengadakan penampilan seni tradisi wayang pada tanggal 1 November-2 November 2023. Acara ini diadakan di tiga tempat yaitu Pendapa Ageng (KGHP Joyokusumo), Gedung Gedhon Hmardani, dan Gedung Teater Kecil Kampus 1 ISI-Ska.
Salah satu dalang yang mengisi acara tersebut adalah seorang mahasiswa Jurusan Film dan Televisi ISI-Ska, Wangsit Winursito. Wangsit berasal dari Rembang, Jawa Tengah, dan memiliki latar belakang keluarga dalang. Ayahnya adalah seorang dalang di Rembang, dan sejak kecil, Wangsit telah terpapar dengan seni pertunjukan wayang kulit.
Penampilan pertama Wangsit sebagai dalang dimulai saat ia TK. Saat itu ia menjadi dalang di acara yang diadakan oleh Pak Dhe-nya. Ia tampil selama 30 menit dan diteruskan oleh bapaknya. Wangsit melanjutkan belajar menjadi dalang di Sanggar Cakraningrat, Rembang.
Wangsit ia akhirnya menemukan panggilan dalam dunia film. Namun, warisan budaya dan kecintaannya pada seni wayang tidak pernah benar-benar hilang. Ia ingin membawa khasanah khasanah baru dalam wayang dengan menambahkan unsur unsur yang ada dalam film.
Dalam penampilannya dalam mengisi acara hari wayang dunia ia membawakan cerita Abimanyu Gantung yang ia tulis sendiri. Abimanyu Gantung menceritakan tentang kebencian paara kurawa terhadap Abimanyu karna mendapatkan wahyu cakra ningrat. Mereka berniat merebut wahyu tersebut dengan cara menggantung Abimanyu.
Pesan yang ingin ia sampaikan terinspirasi dari pepatah jawa “Sepiro gedene sengsoro yen tinompo aming dadi coba”. seberapa besar cobaan yang ita dapatkan namun apabila kita menjalaninya dengan ikhlas itu hanya akan menjadi cobaan yang berlalu saja. Setiap cobaan yang berlalu akan membuat manusia tersebut menjadi lebih berkualitas.
“Sebagai dalang milenial pertunjukan tradisional jika tidak ditunjang oleh modernisasi yang sekarang pasti dilupkan, seperti pada pertujukan kali ini saya bersama teman teman kelas membuat teaser secara mandiri” Tutur Wangsit.
Wangsit menjadi sebuah contoh nyata bagaimana seni tradisional dan modern dapat bersatu. Ia telah membuktikan bahwa seni wayang kulit masih memiliki tempat dalam dunia yang terus berubah, dan dapat menjadi jembatan antara generasi yang berbeda. Dengan semangat inovasinya, Wangsit telah menciptakan sesuatu yang istimewa dalam dunia seni pertunjukan dan berhasil menarik perhatian banyak orang.(isi/ar)
* Penulis merupakan Mahasiswa ISI Surakarta bernama Wangsit Winursito. Bila anda ingin mengirimkan karya tulis bisa mengirim ke email : jurnalmataraman@gmail.com