Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Di Desa Kendal, Kecamatan Gondang, Tulungagung terdapat seorang pria berinisal AS (30) yang hidup dengan kaki terikat rantai, usai mengalami depresi sejak belasan tahun lalu. Namun, itu merupakan permintaan AS sendiri ketika kondisinya mulai tidak stabil.
“Saya yang meminta untuk diikat,” ucap singkat AS.
Awal mula AS mengalami depresi itu pada tahun 2006. Dimana pada saat itu AS masih duduk dibangku SMP, mengeluhkan kedua matanya sakit, hingga akhirnya dia harus dioperasi karena katarak. Satu tahun setelah melakukan operasi, AS mengalami depresi hingga saat ini tak kunjung sembuh.
“Mungkin saat itu ketika AS sakit mata, dia kan tidak bisa melanjutkan sekolah. Nah, dari situlah dia akhirnya mikir hingga mengalami depresi,” tutur Ibu kandung AS, Tasminah yang didampingi oleh suaminya.
Perempuan beruban itu mengungkapkan, sejak AS mengalami depresi, dia ditempatkan di rumah depan dengan kaki terikat. Ini dilakukan demi kebaikan AS, karena terkadang AS juga mendatangi ke rumah-rumah warga sekitar, yang ternyata banyak orang takut kepada AS.
“AS dipasung dengan rantai sudah lebih dari 10 tahun. Karena jika tidak diikat, AS akan keluar rumah dan bahkan sempat tidak pulang,” ungkapnya.
Namun AS yang merupakan anak bungsu itu, tidak selalu dipasung. Ketika sore hari, dia juga diperbolehkan keluar bersama dengan bapaknya, hanya untuk sekedar ngopi dan rokok bersama.
“Kalau untuk makan AS tiga kali sehari. Biasanya yang ngantar saya atau bapaknya. Sedangkan kalau sore hari AS juga dimandikan oleh bapaknya. Dan untuk malam harinya AS akan ditemani oleh bapaknya,” terangnya.
Disinggung soal pemasungan AS, Tasminah menjelaskan bahwa pemasungan itu juga merupakan permintaan dari AS. Bahkan jika bapaknya lupa mengikat kakinya, AS sendiri yang mengingatkan bapaknya.
“Ketika kondisi AS sudah mulai tidak stabil, dia langsung meminta untuk diikat dengan rantai,” paparnya.
Perjuangan keras Tasminah dan keluarga untuk kesembuhan AS juga tak bisa disepelakan. Tangan-tangan yang keriput merupakan saksi bisu perjuangan Tasminah merawat anak bungsungnya itu. Setidaknya sudah dua kali AS dibawa ke RSJ Lawang, Malang untuk dilakukan rawat inap selama dua minggu. Tapi AS juga tidak menunjukan perubahan yang signifikan.
“Meski AS belum bisa disembuhkan, tetapi saat ini kondisi AS sudah mulai membaik dan stabil,” katanya.
Tasminah mengatakan, saat ini yang dibutuhkan AS hanya obat yang harus selalu tersedia. Bahkan dari pihak desa juga sudah membatu menyediakan obat untuk AS. Selain itu, untuk kebutuhan ekonomi, juga sudah dibantu oleh pemerintah. Mengingat keluarganya bukan dari keluarga mampu.
“Biasanya setiap bulan pasti ambil obat di bidan desa. AS biasanya mengkonsumsi obat dua kali sehari, agar kondisinya tetap stabil,” pungkasnya.