Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Hari pertama pembukaan pasar hewan terpadu (PHT) menjelang idul adha di Tulungagung masih sepi dari para pedagang. Diduga hal itu terjadi lantaran para pedagang masih khawatir hewan ternaknya tertular virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
Koordinator PHT, Suharmanto mengatakan, kapasitas PHT sendiri mampu menampung sebanyak 800 ekor sapi dan 300 ekor kambing. Biasanya, operasional PHT dihadiri oleh pedagang hewan dari karesidenan Kediri yakni Blitar, Tulungagung, Kediri dan Trenggalek. Namun demikian, pada hari pertama pembukaan PHT kali ini hanya dihadiri segelintir pedagang yang mana mayoritasnya merupakan pedagang asal Tulungagung sendiri.
“Hari ini masih sepi, cuma ada pedagang lokal dan dua orang pedagang dari Trenggalek,” kata Suharmanto, Sabtu (25/6).
Suharmanto menjelaskan, jika dipersentasekan, dari total kapasitas PHT, saat ini masib terisi sebanyak 3 persennya saja. Sepinya PHT dari para pedagang diyakini lantaran para pedagang tersebut masih takut jika ternaknya yang sehat justru terpapar akibat dibawa ke PHT. Hal itu akhirnya membuat para pedagang tersebut memilih menjual hewan ternaknya di rumah masing-masing secara daring. Namun demikian, pihaknya tentu tidak bisa memaksa para pedagang agar berjualan di PHT mengingat hal itu merupakan keputusan masing-masing pedagang.
“Kami juga punya grup whastapp, dan tadi banyak yang bilang tidak bisa datang dengan berbagai alasan, dan bahkan juga ada yang tidak bisa datang karena terpapar,” pungkasnya.
Selain itu, Kapolsek Sumbergempol, AKP I Nengah Suteja menambahkan, pelaksanaan operasional PHT kali ini dilakukan dengan menempatkan checkpoint sebelum memasuki PHT. Checkpoint tersebut ditujukan untuk memastikan kondisi hewan ternak yang masuk dalam keadaan sehat. Diketahui selama pelaksanaan, belum ditemukan adsnya hewan ternak yang sakit, sehingga hewan ternak yang melalui checkpoin dipastikan sehat dan boleh masuk ke area PHT. Namun demikian, jika ditemukan adanya hewan ternak yang sakit, maka pedagang diminta untuk pulang dan mengobati hewan ternaknya.
“Operasional checkpoint dilakukan oleh tim gabungan dari Polsek, Koramil dan petugas kesehatan hewan,” imbuh AKP I Nengah Suteja.
Sementara itu, Salah seorang pedagang di PHT, Koesman mengatakan, harga anakan sapi saat ini terbilang turun akibat adanya PMK. Diketahui jika dulu harga anakan sapi mukai dari Rp 15 – 16 Juta, namun sekarang harganya justru hanya Rp 12 Juta. Sedangkan untuk harga sapi dewasa yang dulunya nencapai Rp 20 Juta, saat ini justru turun drastis menjadi Rp 17 – 18 Juta. Menurut Koesman, setelah penutupan pasar akibat merebaknya PMK, baru kali ini dia menjual hewan ternaknya di PHT.
“Biasanya jualan di rumah lewat telfon. Tetapi saat ini pembeli sepi, makanya ini coba jual di PHT waktu tahu kalau sudah boleh buka,” pungkasnya. (mj/ham)