Tulungagung, Jurnalmataraman.com, Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Tulungagung terus bertambah. Nahasnya, kasus DBD di Tulungagung didominasi oleh anak-anak. Bahkan selama dua bulan ini sudah ada dua anak yang meninggal akinat DBD.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Didik Eka mengatakan, berdasarkan data, pada Januari 2022 ada 57 kasus DBD di Tulungagung. Sedangkan hingga 7 Februari 2022, sudah ada 17 kasus DBD di Tulungagung.
“Memang yang terkena DBD tidak anak semua. Meskipun kasus DBD di Tulungagung didominasi anak,” tuturnya.
Didik menjelaskan, saat ini sudah ada dua anak yang meninggal akibat DBD. Dua anak tersebut berusia sekitar 7 tahun. Memang sebelumnya, ketika anak mengalami gejala DBD, orang tua tidak langsung membawa ke rumah sakit (RS).
“Kasus meninggalnya anak yang baru saja ini karena terlambat membawa ke RS. Mungkin karena orang tua menganggap anak sedang panas biasa. Selain itu masih adanya mindset kalau dibawa ke RS bakal di covid-kan,” jelasnya.
Disinggung kenapa kasus DBD lebih banyak menjangkit anak-anak, pria berkacamata itu mengungkapkan, karena nyamuk sering berada di dalam rumah ketika pagi dan sore hari. Pada waktu itu, aktivitas anak cendurung berada di dalam rumah.
“Maka dari itu, untuk meminimalisir terjangkitnya DBD harus rajin melakukan 3M yakni menutup, menguras dan mengubur setiap satu minggu sekali. Agar populasi nyamuk bisa ditekan,” ungkapnya.
Didik mengingatkan agar masyarakat bisa hidup bersih. Terutama yang tinggal didaerah padat penduduk. Selain itu jika anak sudah mendapati gejala panas tinggi mendadak, lesu, mual dan muntah untuk segera di bawa ke RS agar segera dilakukan observasi.
“Kecamatan Tulungagung, Kedungwaru dan Boyolangu yang padat penduduk harus lebih memperhatikan kebersihanya, apalagi penyakit DBD ini musiman,” pungkasnya. (mj/ham)